Teknologi
Jumat, 25 Februari 2022 - 00:03 WIB

Ada Bahaya Polutan di Tengah Fenomena Hujan Es

Bc  /  Danang Nur Ihsan  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Hujan es terjadi di Desa Pucanganom, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Senin (21/2/2022). (Istimewa/BPBD Madiun)

Solopos.com, SURABAYA — Beberapa daerah di Tanah Air seperti Madiun, Surabaya, hingga Karanganyar sempat dilanda hujan es dalam beberapa waktu terakhir. Pakar lingkungan mengingatkan adanya bahaya polutan yang dibawa hujan es.

Selama ini fenomena hujan es kerap dilihat sebatas kerusakan fisik di sejumlah fasilitas umum dan pribadi. Namun, hujan es yang biasanya disertai angin kencang nyatanya juga memberi dampak bagi tercemarnya kualitas udara.

Advertisement

Kepala Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Arie Dipareza Syafei ST MEPM mengimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi fenomena hujan es.

Baca Juga: Ini Tanda-Tanda Akan Turun Hujan Es Seperti di Kemuning Menurut BMKG

Advertisement

Baca Juga: Ini Tanda-Tanda Akan Turun Hujan Es Seperti di Kemuning Menurut BMKG

Dia menegaskan hujan es sebenarnya memiliki kandungan yang tidak jauh berbeda dengan hujan biasa. “Hanya berbeda bentuk, yang satu air, yang satu padat,” ujar dia dalam siaran pers yang diterima Solopos.com, Kamis (24/2/2022).

Meski demikian, Arie membenarkan hujan es membawa polutan dari atmosfer. Bukan sekadar membawa partikel debu yang berukuran kecil. Ia mengungkapkan bahwa hujan es juga mengandung gas-gas emisi seperti nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan karbon monoksida.

Advertisement

“Dalam kasus hujan es, campuran air tersebut mengalami kristalisasi akibat pergerakan udara yang mempengaruhi suhu,” jelasnya.

Baca Juga: Brrr! Hujan Es Sebiji Kelereng Guyur Utara Tugu Jogja

Mengingat hujan es biasanya disertai angin kencang, Arie menyatakan hal yang harus diwaspadai adalah sebaran polutan yang meluas. Ia mengungkap turbulensi angin akan mempercepat proses pengenceran polutan. Maksudnya, gugus-gugus emisi yang ada dalam hujan es akan terdispersi secara lebih cepat dan luas.

Advertisement
Pakar lingkungan dari ITS, Arie Dipareza Syafei. (Istimewa)

Peraih gelar doktoral di Universitas Hiroshima, Jepang ini menambahkan ketika angin bergerak lurus secara horizontal, polutan yang ada di dalam hujan es berpotensi terbawa ke wilayah lain yang ada di dekatnya.

“Seperti kemarin, fenomena hujan es tidak hanya terjadi di Surabaya, tapi dikabarkan juga terjadi di Madiun, Nganjuk, hingga Kediri,” ungkapnya.

Baca Juga: Hujan Es Kian Sering Landa Indonesia, Begini Penjelasan Peneliti ITS

Advertisement

Arie berharap pengalaman menyaksikan hujan es membuat masyarakat lebih berhati-hati dan teredukasi. Masyarakat harus sadar bahwa dalam bongkahan-bongkahan es tersebut terkandung senyawa polutan yang tidak ramah bagi lingkungan dan kesehatan.

“Jangan mentang-mentang hujan es, dipakai untuk minum es teh,” candanya sekaligus menyinggung kelakuan masyarakat yang tersebar di Internet.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif