SOLOPOS.COM - Logo Smartfren 4G (Okezone)

Akses Internet 4G LTE milik Smartfren mengutamakan stabilitas daripada kecepatan.

Solopos.com, CIREBON — Saat ini operator seluler di Indonesia sedang berlomba-lomba untuk menghadirkan layanan akses Internet 4G long term evolution (LTE) berkecepatan tinggi. Namun, ada yang lebih penting daripada kecepatan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dikutip dari Detik, Rabu (9/9/2015), tak dapat dipungkiri, akses Intenet 4G LTE memang identik dengan kecepatan Internet yang lebih tinggi dibanding era 3G. Namun, menurut Vice President Smartfren, Munir SP, stabilitas adalah hal yang sama pentingnya.

Munir mengatakan Smartfren menerapkan strategi yang berbeda di teknologi akses Internet 4G LTE kali ini. Ketika operator telekomunikasi lainnya bicara kecepatan, Smartfren lebih memilih memeratakan jangkauan 4G LTE miliknya. Tercatat sudah 22 kota di Indonesia yang langsung bisa merasakan 4G Smartfren.

“Analoginya seperti mobil super Lamborghini atau Ferrari. Kecepatannya memang bisa melebihi 250 km/jam, tapi lokasi untuk bisa mencapai kecepatan tersebut terbatas. Di jalan umum tak mungkin berkendara sekencang itu,” ujar Munir, di restoran Kelapa Manis, Cirebon, Jawa Barat.

Analogi tersebut mewakili apa yang telah dilakukan Smartfren sekarang. Ketimbang kecepatan, operator telekomunikasi itu lebih mengutamakan stabilitas. Sehingga akses Internet yang mumpuni bisa dirasakan semua pelanggannya di mana saja. Targetnya tak muluk-muluk, asal pelanggannya bisa berinternet dengan nyaman di seluruh wilayah yang jadi jangkauannya.

“Misalnya ketika kita nonton di Youtube, yang terpenting videonya tidak buffer. Download file besar yang dirasakan pelanggan juga lebih cepat ketimbang menggunakan 3G. Intinya konten tersampaikan dengan baik ke pelanggan,” tandas Munir.

Dikutip dari Liputan6.com, Rabu, operator seluler lokal, Telkomsel, kembali menghadirkan layanan Nada Sambung Pribadi (NSP) yang sempat dihentikan 2011 lalu. GM Digital Lifestyle Aris Sudewo, Marketing Telkomsel, mengatakan memang ingin menyelamatkan industri musik. “Telkomsel berupaya menyelamatkan industri musik karena menyediakan layanan NSP,” ujar Aris Sudewo.

Aris juga mengatakan, melalui NSP, musisi bisa mendapat penghasilan tambahan di luar penjualan kaset atau CD. Namun sayangnya, pemerintah membekukan layanan konten mobile itu 2011 lalu, tak terkecuali NSP Kejadian yang disebut Black October itu menyedot perhatian karena banyak pengguna seluler tersedot pulsanya, padahal tak merasa berlangganan konten.

Setelah layanan konten mobile dibuka kembali, Telkomsel kembali memasarkan NSP dan masih ada hingga saat ini meski tren layanan telekomunikasi dan konten mulai bergerak ke arah digital.

“Meski tren sekarang mulai shifting ke digital, tak lantas membuat layanan NSP tidak diminati lagi. NSP tidak bakal pernah mati. Masih ada segmen pelanggan kami yang memakainya. Sekarang saja penggunanya 3,6 juta pengguna,” ucap Aris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya