SOLOPOS.COM - Proses pemasangan pipa saluran air dari sumber air menuju lingkungan yang lebih dekat dengan warga di sebuah desa di Kecamatan Pracimantoro, tahun 2019. (Istimewa/Warsito)

Solopos.com, SOLO-Fenomena alam El Nino diprediksi bakal melanda Indonesia pada tahun 2023 dan membuat iklim di seluruh dunia menjadi merubah.

Perubahan iklim secara global ini diakibatkan oleh memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. Diketahui, El Nino dapat memicu terjadinya kondisi kekeringan di seluruh wilayah di Indonesia. Adapun ciri terjadi El Nino adalah meningkatnya suhu muka laut di kawasan Pasifik secara berkala dan meningkatnya perbedaan tekanan udara antara Darwin dan Tahiti.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Fenomena ini ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut lebih dari 0,5 °C (0,9 °F) untuk setidaknya lima musim tiga bulan yang tumpang tindih secara berurutan. Biasanya, El Nino terjadi selama periode rentang 2-7 tahun dan bertahan hingga 12-15 bulan.

Nama El Nino awalnya digunakan selama abad ke-19 oleh para nelayan di Peru utara mengacu pada aliran tahunan perairan khatulistiwa yang hangat ke selatan sekitar waktu Natal.

Ilmuwan Peru kemudian mencatat bahwa perubahan yang lebih intens terjadi pada interval beberapa tahun dan dikaitkan dengan bencana banjir musiman di sepanjang pantai yang biasanya gersang, sedangkan anomali termal berlangsung selama satu tahun atau lebih.

Waktu dan intensitas kejadian El Nino sangat bervariasi. Kejadian pertama yang tercatat dari curah hujan gurun yang tidak biasa adalah pada tahun 1525, ketika penakluk Spanyol Francisco Pizarro mendarat di Peru utara.

Sejarawan berpendapat bahwa hujan gurun dan tumbuh-tumbuhan yang dihadapi oleh orang-orang Spanyol mungkin telah memfasilitasi penaklukan mereka atas kerajaan Inca. Intensitas episode El Nio bervariasi dari anomali termal yang lemah (2–3 °C [sekitar 4–5 °F]) dengan hanya efek lokal sedang hingga anomali yang sangat kuat (8–10 °C [14–18 °F]) terkait dengan gangguan iklim di seluruh dunia.

 

Proses Terjadinya El Nino

Pada saat-saat tertentu air laut yang panas dari perairan Indonesia bergerak ke arah timur menyusuri equator, hingga sampai ke pantai barat Amerika Selatan (Peru-Bolivia). Pada saat yang bersamaan, air laut yang panas dari pantai Amerika Tengah bergerak ke arah selatan, hingga sampai ke pantai barat PeruEquador.

Akhirnya akan terjadilah pertemuan antara air laut yang panas dari Indonesia dengan air laut yang panas dai Amerika Tengah di pantai barat Peru-Equador, dan berkumpulan massa air laut panas dalam jumlah yang besar dan menempati daerah yang luas.

Permukaan air laut yang panas tersebut, kemudian menularkan panasnya pada udara di atasnya, sehingga udara di daerah itu memuai ke atas (konveksi), dan terbentuklah daerah bertekanan rendah, di pantai barat PeruEquador. Akibatnya angin yang menuju Indonesia hanya membawa sedikit uap air, sehingga terjadilah musim kemarau yang panjang.

El Nino juga memiliki efek yang kuat pada kehidupan laut di lepas pantai Pasifik. Pada kondisi normal, upwelling membawa air dari kedalaman ke permukaan; air ini dingin dan kaya nutrisi.

Selama El Nino, upwelling melemah atau berhenti sama sekali. Tanpa nutrisi dari dalam, ada lebih sedikit fitoplankton di lepas pantai. Hal ini mempengaruhi ikan yang memakan fitoplankton dan, pada gilirannya, mempengaruhi semua yang memakan ikan. Perairan yang lebih hangat juga dapat membawa spesies tropis, seperti tuna ekor kuning dan albacore, ke daerah yang biasanya terlalu dingin.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Mengenal Fenomena El Nino dan Dampaknya untuk Indonesia”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya