Teknologi
Selasa, 15 Desember 2015 - 03:00 WIB

BISNIS ONLINE : Sistem Pembayaran dan Bahasa Asing Kelemahan E-Commerce Lokal

Redaksi Solopos.com  /  Haryo Prabancono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/wordpress.com)

Bisnis online di Indonesia masih memiliki kelemahan yakni metode pembayaran dan bahasa asing.

Solopos.com, JAKARTA — Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia Daniel Tumiwa mengatakan, perkembangan bisnis online di Indonesia sangat baik. Apalagi, industri e-commerce berkembang cukup signifikan dari tahun ke tahun yang mencapai angka 300%-400%.

Advertisement

Namun, masih ada yang perlu dibenahi agar konsumen merasa nyaman apalagi bertransaksi dengan situs bisnis online seperti sistem pembayaran dan logistik harus ditingkatkan.

“Ini adalah channel distribusi yang paling efektif dan efisien. Seluruh pebisnis seharusnya layak memiliki strategi e-commerce masing masing karena biaya distribusi jauh lebih kecil dan tentu saja dapat menjangkau seluruh konsumen,” jelasnya seperti dilansir Okezone, Senin (14/12/2015).

Advertisement

“Ini adalah channel distribusi yang paling efektif dan efisien. Seluruh pebisnis seharusnya layak memiliki strategi e-commerce masing masing karena biaya distribusi jauh lebih kecil dan tentu saja dapat menjangkau seluruh konsumen,” jelasnya seperti dilansir Okezone, Senin (14/12/2015).

Menurutnya, transaksi e-commerce berpotensi semakin meningkat apabila masyarakat yang berbelanja via social media beralih ke situs bisnis online.

Karena itu, ke depan akan dibutuhkan berbagai situs bisnis online yang dilengkapi bahasa internasional karena kebutuhan masyarakat dari berbagai penjuru dunia. “Tahun ini bisnis e-commerce masih tumbuh dan tahun depan pertumbuhan akan semakin signifikan,” papar dia.

Advertisement

Co-Founder Cermati.com, Andhy Koesnandar, mengatakan Harbolnas akan menjadi event terbesar untuk online shopper dan e-commerce Indonesia tahun ini.

Namun, masih terdapat tantangan e-commerce di Indonesia, salah satunya metode pembayaran. Menurut dia, masyarakat Indonesia masih lebih suka melakukan pembayaran melalui metode manual seperti bank transfer.

“Untuk e-commerce Indonesia tercatat pembayaran bank transfer memiliki volume tinggi, tetapi juga memberikan tantangan lainnya yakni kecepatan proses,” ujarnya.

Advertisement

Sementara bagi konsumen, pembayaran menggunakan kartu kredit justru memberikan kemudahan, seperti program cicilan 0% dan belanja online lebih praktis.

“Maka dari itu, kami mendukung Harbolnas 2015 dengan membagikan voucher belanja untuk setiap pengajuan kartu kredit dan KTA yang disetujui melalui Cermati.com,” tukas Andhy.

Selain itu, Kementerian Perdagangan optimistis lalu lintas uang yang wara-wiri di bisnis online tumbuh luar biasa di tahun 2015. Prediksinya bahkan bisa tembus sampai Rp224,9 triliun.

Advertisement

Padahal, mengacu dari data Bank Indonesia, Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan Fetnayeti mengungkapkan transaksi jual beli online di Indonesia pada tahun 2014 cuma sebatas Rp34,9 triliun.

“Kemendag sangat mendukung usaha perdagangan melalui bisnis online atau dikenal dengan e-commerce. Dari angka Rp34,9 triliun, diprediksikan tahun ini akan meningkat menjadi Rp224,9 triliun,” ujar Fetnayeti, seperti dikutip dari Detik, Senin.

Meski diproyeksi hingga Rp224,9 triliun, namun angka itu ternyata masih kecil jika dilihat dari kontribusi retail secara keseluruhan. Kontribusi ritel online bahkan belum menyentuh angka 1% secara keseluruhan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif