SOLOPOS.COM - Melalui salah satu layanan BPJS Ketenagakerjaan yakni Program Jaminan Hari Tua (JHT), peserta dapat mencairkan dana hingga Rp 10 juta. (Ilustrasi/Antara/Asprilla Dwi Adha)

Solopos.com, JAKARTA – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan memastikan bahwa perusahaan tidak terdampak serangan ransomware pada server Pusat Data Nasional Sementara (PDNS). Sebelumnya, lembaga tersebut dikabarkan mengalami kebocoran data peserta.

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengatakan bahwa berdasarkan penelusuran internal badan publik tersebut data peserta masih dalam kondisi aman.  Diketahui, hingga Januari 2024, jumlah kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan tercatat sebanyak 60,64 juta orang yang terdiri dari sekitar 67,58 persen peserta aktif dan sekitar 32,42 persen peserta non aktif.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Jumlah ini meningkat sekitar 9,18 persen jika dibandingkan dengan jumlah kepesertaan pada periode Januari 2023. “Kemarin kami dapat berita mengenai seperti itu [terkait serangan PDN), tapi setelah kami teliti bukan data kami, kami cek beberapa bulan ini tidak ada peretasan,” ungkap Anggoro ditemui usai Rapat Dengar Pendapat (RPD) dengan DPR RI Komisi IX, Selasa (2/7/2024).

Anggoro pun memastikan bahwa pihaknya tidak menggunakan server PDN, BPJS Ketenagakerjaan memiliki pusat data sendiri. Selain itu, pihaknya juga selalu memitigasi risiko serangan siber dengan melakukan backup data. “Kami selalu waspada, keamanan data pasti kami tingkatkan,” katanya.

Diberitakan beberapa waktu lalu, serangan PDN menjadi sorotan, masyarakat khawatir serangan tersebut berdampak pada kebocoran data termasuk BPJS Ketenagakerjaan. Di sisi lain, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menjelaskan ekosistem PDNS yang terkena serangan terdiri atas PDNS 1 yang berlokasi di Serpong milik PT Lintasarta.  Kemudian, ada PDNS 2 berlokasi di Surabaya dan cold site yang berada di Batam, keduanya milik PT Telkom.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan bahwa pasca penemuan ransomware, ditemukan upaya penonaktifan fitur keamanan Windows Defender mulai 17 Juni 2024 pukul sekitar 23.15 WIB yang memungkinkan aktivitas malicious (berbahaya) beroperasi.  “Aktivitas malicious mulai terjadi pada 20 Juni 2024 pukul 00.54 WIB, di antaranya melalui instalasi fail malicious, penghapusan filesystem penting, dan penonaktifan layanan berjalan,” ungkapnya.

Kemudian, pada 20 Juni 2024 pukul 00.55 WIB, diketahui Windows Defender mengalami crash dan tidak bisa beroperasi.

 

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “BPJS Ketenagakerjaan Bantah Telah Diretas Imbas PDNS Bobol, Dirut: Bukan Data Kami”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya