SOLOPOS.COM - Kubah lava sisi barat daya Gunung Merapi terlihat dari Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (9/1/2022). Menurut data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta berdasarkan analisis morfologi volume kubah lava sisi barat daya sebesar 1.670.000 meter kubik dan kubah lava tengah sebesar 3.007.000 meter kubik. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/YU

Solopos.com, JAKARTA–Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan Indonesia bisa disebut sebagai laboratorium bencana. Menurut Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Didi Setiadi, Indonesia sebagai negara maritim atau kepulauan memang rawan secara geologis, bahkan juga rawan dalam aspek hidrometrologis.

“Dari dulu memang dikenal bahwa wilayah benua maritim merupakan salah satu kunci untuk memahami cuaca atau iklim global,” katanya dalam Talkshow Bisaan Bangga yang digelar BRIN secara virtual, Rabu (28/12/2022).

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Dia menyebut Indonesia merupakan wilayah penghasil hujan terbesar di dunia. Bahkan, panas laten yang dihasilkan hujan tersebut turut menggerakkan siklus global. Dengan begitu, sambung Didi, wilayah maritim seperti Indonesia sangat mempengaruhi cuaca maupun iklim global dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Baca Juga Perangkat Telekomunikasi Indonesia Rawan Disadap

“Demikian pula pengaruh cuaca dan iklim global itu sangat berasa di Indonesia sehingga wilayah maritim itu merupakan simbol dan kunci untuk memahami perubahan cuaca dan iklim global,” ujar dia.

Sebagaimana diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan status siaga pada sejumlah wilayah mengingat adanya potensi cuaca ekstrem hingga pergantian tahun. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan pihaknya memprediksi hujan lebat hingga cuaca ekstrem bakal terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia hingga 2 Januari 2023.

Menurutnya, dampak yang mungkin terjadi akibat cuaca ekstrem tersebut antara lain volume aliran sungai berpotensi meningkat drastis sehingga dapat mengakibatkan potensi banjir dan banjir bandang. Selain itu, sambungnya, besar kemungkinan hujan lebat tersebut mengakibatkan potensi tanah longsor, guguran bebatuan, atau erosi tanah, terutama di daerah-daerah dataran tinggi dan lereng-lereng perbukitan dan gunung.

Baca Juga Beras Impor 5.000 Ton dari Vietnam Tiba di Tanjung Priok

“Yang perlu diwaspadai, potensi hujan lebat hingga sangat lebat bahkan sampai berkembang ekstrem sampai 2 Januari, terjadi di wilayah Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat [NTB], dan Nusa Tenggara Timur [NTT],” tutur Dwikorita.

Sedangkan untuk wilayah-wilayah yang berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat yang intensitasnya lebih rendah dari ekstrem, antara lain Aceh, Bengkulu, Sumatra Barat, Lampung, Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Tenggara, Papua Barat, dan Papua. Adapun BMKG memperkirakan cuaca ekstrem di Indonesia ini baru mereda pada 5 hingga 10 Januari 2023.

 

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul BRIN Sebut Indonesia Laboratorium Bencana, Ini Alasannya…

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya