Teknologi
Minggu, 8 Desember 2013 - 20:30 WIB

Developer Software UGM Raup Klien Perguruan Tinggi, Target Penjualan Terlewati

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Logo Gamatechno

Solopos.com, JAKARTA — Kinerja penjualan PT Gamatechno Indonesia, developer piranti lunak (software) lokal yang berbasis di Kota Jogja, berhasil melampaui target awal tahun hingga empat kali lipat. Sekitar 60% klien badan usaha milik Universitas Gadjah Mada (UGM) itu adalah kalangan perguruan tinggi.

Gamatechno merupakan badan usaha UGM yang fokus pada solusi software perguruan tinggi, korporasi dan pemerintah. Kini, Gamatechno sudah memiliki lebih dari 100 karyawan.

Advertisement

Presiden Direktur PT Gamatechno Indonesia Muhammad Aditya Arief Nugraha mengatakan, tahun ini, pihaknya mengalami pertumbuhan 25% dari tahun sebelumnya. Segmen perguruan tinggi menyumbang kontribusi paling besar hingga 60%. Sementara itu, 40% sisanya disumbang oleh segmen korporasi dan pemerintah.

“Kami sudah bekerja sama dengan 100 lebih perguruan tinggi di seluruh Indonesia,” ujar Aditya saat dihubungi Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) di Jakarta, Minggu (8/12/2013).

Menurut Aditya, pasar software di perguruan tinggi masih terbuka lebar. Ada sekitar 3.000 perguruan tinggi di seluruh Indonesia yang 50% di antaranya masih membutuhkan sistem.

Advertisement

Sayangnya, aku dia, belum banyak developer yang menggarap pasar ini. Khusus segmen perguruan tinggi, Gamatechno mengaku berhasil mendapat 20 klien baru tahun ini dengan pertumbuhan 15% dari tahun sebelumnya.

Selama ini, software yang dijual Gamatechno bukan software lisensi maupun software as a service (SAAS), tetapi dengan sistem beli putus. Harga solusi yang ditawarkan bervariasi mulai dari Rp50 juta hingga Rp1 miliar, tergantung modul yang dipilih. Di samping itu, Gamatechno juga mematok harga untuk perawatan sistem setiap bulannya.

Selain segmen perguruan tinggi, solusi software di segmen pemerintahan juga masih terbuka lebar. Saat ini ada lebih dari 500 pemerintah kota di Indonesia yang belum semuanya menggunakan sistem. Menurutnya, pertumbuhan teknologi informasi di tingkat kabupaten kota masih tergolong rendah. Meski demikian, nilai bisnis di segmen ini sangat besar. Aditya mencontohkan, satu solusi software untuk satu pemerintah kota minimal Rp1 miliar per tahun.

Advertisement

Dia melanjutkan, kontribusi developer software lokal juga terus menunjukkan peningkatan. Di sektor e-government misalnya, software lokal sudah mampu bersaing dengan raksasa developer dari luar negeri. Selain itu, yang harus digarap adalah solusi software manajamen.

“Kelas korporasi memang sudah digarap oleh raksasa [developer] dari luar. Namun untuk segmen UKM masih terbuka lebar,” tambahnya.

Menghadapi tahun politik 2014, Aditya mengatakan tidak terlalu berdampak pada industri software. Menurutnya, meski beberapa program pemerintah sudah menggunakan solusi software, masih harus dipertanyakan berapa anggaran TI yang disiapkan pemerintah.

Ke depan, Gamatechno juga akan mulai menggarap segmen transportasi dan logistik. Sebelumnya, Aditya mengatakan pihaknya sudah menjadi penyedia solusi sistem pembayaran bagi jalur Trans Jogja. “Selain itu kami juga akan menggarap segmen Saas,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif