SOLOPOS.COM - Ilustrasi waktu atau waktu. (freepik)

Solopos.com, JAKARTA-Ternyata, zaman dahulu waktu sehari di bumi hanya 19 jam dan sekarang 24 jam. Begini penjelasannya.

Lebih dari satu miliar tahun yang lalu, satu hari di Bumi berlangsung selama 19 jam, bukan periode 24 jam seperti sekarang ini, menurut sebuah studi sampel batuan kuno dari China barat daya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Antara 1 miliar dan 2 miliar tahun yang lalu, hari lebih pendek daripada sekarang karena satelit alami Bumi bulan lebih dekat. Seiring waktu, bulan menggunakan energi rotasi planet untuk bergerak ke orbit yang lebih tinggi lebih jauh dari Bumi. Ini memperlambat rotasi Bumi, menghasilkan hari yang lebih panjang.

Dalam studi tersebut, para ilmuwan dari Australia dan China menemukan bahwa panjang hari tidak terus berubah selama 4,5 miliar tahun sejarah Bumi.

Sebaliknya, mereka menemukan bahwa lamanya satu hari terhenti selama sekitar seperempat dari sejarah Bumi karena dorongan matahari menyeimbangkan tarikan bulan, untuk sementara menstabilkan rotasi Bumi dalam siklus 19 jam sehari.

“Panjang hari terhenti sekitar 19 jam selama sekitar 1 miliar tahun selama pertengahan Proterozoikum,” tulis para peneliti dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Nature Geoscience dilansir dari SCMP.

Periode Proterozoikum dalam sejarah Bumi dimulai 2,5 miliar tahun lalu dan berakhir 541 juta tahun lalu. Penulis utama Ross Mitchell, seorang ahli geofisika dan profesor Institut Geologi dan Geofisika di Akademi Ilmu Pengetahuan China, mengatakan para peneliti mencari petunjuk tentang panjang hari kuno dalam sampel batuan, termasuk batuan berusia 600 juta tahun yang ditemukan di barat daya China.

Dia menjelaskan, rotasi bumi memiliki goyangan dan kemiringan, seperti gasing yang berputar. Ini disebut siklus Milankovitch.

Siklus-siklus ini memengaruhi iklim Bumi dengan mengendalikan jumlah energi dari matahari. Oleh karena itu, mereka terekam dalam batuan sedimen khusus yang peka terhadap perubahan iklim. Penelitian ini mengacu pada teori berusia puluhan tahun bahwa matahari mungkin memiliki pengaruh pada gaya gravitasi antara Bumi dan bulan.

Kedua kekuatan itu berlawanan. Pasang bulan memperlambat rotasi Bumi sedangkan pasang surut matahari mendorong Bumi, menurut Mitchell. Sementara pasang matahari hari ini relatif lemah dibandingkan dengan pasang bulan, pasang matahari satu hingga dua miliar tahun yang lalu mungkin cukup kuat untuk menyeimbangkan pasang surut bulan yang lebih sulit menarik Bumi.

Mereka juga menunjukkan bahwa panjang hari yang lebih pendek diterjemahkan menjadi lebih sedikit oksigen, membuat kehidupan lebih sulit untuk berkembang. Miliaran yang membosankan mengacu pada waktu 1,8 miliar hingga 800 juta tahun yang lalu ketika ada sedikit perubahan dalam lingkungan dan evolusi biologis karena rendahnya tingkat oksigen. Lebih banyak siang hari, lebih banyak sinar matahari, lebih banyak oksigen.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Satu Hari di Bumi Dahulu Kala Cuma 19 Jam, Kini Jadi 1x 24 Jam”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya