Teknologi
Jumat, 12 September 2014 - 15:45 WIB

FENOMENA SOLAR FLARE : Awas! "Cambuk" Badai Matahari Menuju Bumi!

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, WASHINGTON – NASA mengungkap temuan baru terkait badai matahari. Dikatakan badai matahari yang sedang bergejolak akan menuju bumi.

Fenomena ini tak akan membahayakan manusia, tapi akan terjadi gangguan pada jaringan listrik, radio, dan satelit.

Advertisement

Badai sedang berkecamuk di permukaan Matahari. Badai matahari Dan Bumi berada di garis bidiknya. Matahari siap melepaskan sebuah suar (solar flare) kelas-X, atau jenis terkuat pada 10 September 2014 pukul 1.45 EDT atau 00.45 WIB, Senin, 11 September 2014.

Para ahli mengatakan kombinasi energi dari dua gejolak matahari baru-baru ini akan tiba di Bumi pada hari Sabtu (13/9/2014). Demikian prediksi Pusat Prakiraan Cuaca Luar Angkasa mengenai pengamatan badai geomagnetik yang kuat seperti dilansir Reuters, Jumat (12/9/2014).

Advertisement

Para ahli mengatakan kombinasi energi dari dua gejolak matahari baru-baru ini akan tiba di Bumi pada hari Sabtu (13/9/2014). Demikian prediksi Pusat Prakiraan Cuaca Luar Angkasa mengenai pengamatan badai geomagnetik yang kuat seperti dilansir Reuters, Jumat (12/9/2014).

Pada dasarnya, matahari adalah bola gas raksasa yang terdiri dari 92,1% hidrogen dan 7,8% helium. Sesekali, matahari melontarkan letusan besar radiasi yang disebut semburan massa koronal. Letusan ini terkadang berhubungan dengan lidah api matahari, kejadian paling eksplosif dalam tata surya.

Matahari telah melepaskan dua letusan dalam dua hari terakhir, dan keduanya berkaitan dengan badai matahari. NASA mengatakan badai kedua adalah kelas X1.6 yaitu termasuk dalam kategori paling kuat.

Advertisement

Dampak Komunikasi

Suar surya yang ditembakkan belakangan memenuhi syarat sebagai badai X1,6. Untungnya, tak sampai membahayakan siapa pun yang ada di Bumi, juga para astronaut yang tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), demikian ujar pejabat NASA seperti  dari SPACE.com, Kamis (11/9/2014).

Meski demikian, hidup sejumlah orang bisa jadi bisa terpengaruh oleh badai matahari. “Dampak terhadap komunikasi radio berfrekuensi tinggi di sisi siang Bumi diperkirakan bertahan hingga lebih dari 1 jam,” ujar peneliti Space Weather Prediction Center (SWPC) Badan Cuaca AS dalam pernyataannya.

Advertisement

Efek lebih lanjut bisa dirasakan kemudian pada pekan ini, jika bintik matahari (sunspot) juga menembakkan awan plasma superpanas yang dikenal sebagai coronal mass ejection (CME). CME sering kali disertai jilatan api kuat yang bisa memicu badai geomagnetik saat menghantam Bumi, biasanya dua sampai tiga hari setelah ledakan.

Atmosfer bumi biasanya melindungi manusia, tetapi mungkin juga diperlukan untuk membawa senter kemana-mana. Badai matahari bisa merusak sumber listrik dan mengganggu GPS serta komunikasi radio, termasuk di antaranya penerbangan dan merusak satelit.

“Orang-orang di permukaan bumi sungguh tak perlu khawatir,” ujar Lika Guhathakurta, seorang ilmuwan NASA di Solar Dynamics Observatory.

Advertisement

Badai geomagnetik bisa menimbulkan gangguan sementara pada sinyal GPS, komunikasi radio, dan pembangkit listrik. Juga memicu penampakan intensif aurora.

Menurut peneliti, erupsi yang terjadi Rabu kemarin berpotensi memproduksi CME. “Informasi awal menunjukkan CME kemungkinan besar terkait dengan peristiwa ini. Namun, analisis lebih lanjut masih dilakukan.”

Para ilmuwan mengklasifikasikan kekuatan jilatan api matahari atau solar flare menjadi 3 tingkat. C yang terendah, M menengah, dan X yang paling kuat. Suar surya Rabu kemarin berkekuatan X1,6, namun yang terkuat terjadi Februari lalu. Saat bintang kita menembakkan suar raksasa X4,9.

Saat ini, Matahari berada di puncak fase aktif siklus cuaca matahari yang berlangsung 11 tahun sekali, yang dikenal sebagai Solar Cycle 24. Namun, Sang Surya relatif kalem selama Solar Cycle 24, yang fase maksimalnya diyakini paling lemah dalam 100 tahun.

Sementara, Solar Dynamics Observatory milik NASA adalah salah satu dari beberapa pesawat ruang angkasa, yang secara rutin memantau Matahari untuk melacak aktivitas cuaca luar angkasa dan potensi risiko terhadap astronaut dan satelit, terutama badai matahari.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif