Teknologi
Minggu, 25 Oktober 2015 - 03:16 WIB

HACKATHON MERDEKA 2.0 : Jumlah Peserta Hackathon Merdeka Cetak Rekor Dunia

Redaksi Solopos.com  /  Haryo Prabancono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peserta Hackathon Merdeka (Detik)

Hackathon Merdeka 2.0 dipastikan meraih rekor dunia karena jumlah pesertnya mencapai ribuan orang.

Solopos.com, BANDUNG — Lomba pembuatan aplikasi teknologi informasi (TI) Hackathon Merdeka 2.0 edisi Sumpah Pemuda yang diikuti 1.700 peserta sukses mencetak rekor dunia. Acara itu digelar di 28 kota Indonesia secara serentak, 24-25 Oktober 2015.

Advertisement

Sebagaimana dilansir Kantor Berita Antara, Sabtu (24/10/2015), Direktur Direktur Innovation & Strategic Portfolio PT Telkom Indonesia Indra Utoyo, mengatakan sebanyak 1.700 peserta Hackathon Merdeka 2.0 telah melampaui jumlah peserta acara yang sama di Tiongkok.

“Dengan 1.700 peserta pada Hackathon Merdeka 2.0 atau kedua, artinya sudah melampaui jumlah peserta Hackathon yang diikuti 1.200 peserta di Tiongkok,” kata Indra Utoyo di Gedung RDC Telkom Kota Bandun.

Advertisement

“Dengan 1.700 peserta pada Hackathon Merdeka 2.0 atau kedua, artinya sudah melampaui jumlah peserta Hackathon yang diikuti 1.200 peserta di Tiongkok,” kata Indra Utoyo di Gedung RDC Telkom Kota Bandun.

Kegiatan lomba Hackathon Merdeka 2.0 pembuatan aplikasi IT di Kota Bandung diikuti oleh ratusan orang yang akan berlomba selama dua hari di kawasan Telkom Digital Valey itu.

Selain Bandung, lomba Hackathon Merdeka 2.0 juga digelar di 26 kota Indonesia antara lain Medan, Toba, Tangerang, Bogor, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Balikpapan, Denpasar, Makassar, Maluku, Semarang, Banyumas, Belitung, Wonosobo, Ambon dan lainnya. Selain itu juga diikuti oleh programer di Kota Sydney, Australia.

Advertisement

“Dari lomba Hackathon Merdeka 2.0 akan diambil 10 besar untuk kemudian masuk babak final di setiap kota, selanjutnya dipresentasikan. Temanya adalah solusi kependudukan,” kata Indra Utoyo.

Selama dua hari, para peserta Hackathon Merdeka 2.0 dituntut untuk bisa membuat aplikasi solusi kependudukan yang dibutuhkan oleh pemerintah. Aplikasi itu diharapkan bisa menjadi solusi untuk penanganan permasalahan kependudukan di mana saja.

Tema masalah data kependudukan itu, menurut Indra bisa masalah KTP, BPJS, Akta Kelahiran, warga miskin, anak putus sekolah atau yang berprestasi, rumah sakit, pencarian kerja, pengangguran dan lainnya. Kegiatan Hackathon Merdeka 2.0 dimotori oleh Telkom, IT Code4Nation yang bekerja sama dengan para relawan IT se-Indonesia.

Advertisement

Sementara itu koordinator lomba Hackathon Merdeka 2.0 ,Ainun Najib, menyebutkan kegiatan itu diharapkan menjadi titik awal masyarakat atau komunitas IT dapat berkontribusi lebih banyak untuk negeri serta mencari pemecahan permasalahan yang dihadapi bangsa dan negara.

“Ini suatu upaya pemerintah melibatkan publik dalam pembangunan. Komitmen berdemokrasi melalui partisipasi publik dalam IT dapat menjadi contoh bagi negara lainnya di dunia,” katanya.

Ia menyebutkan, kegiatan itu dalam upaya meningkatkan para programer dan pengembang aplikasi untuk lebih terlibat dalam pembangunan saat peluang sektor itu masih cukup besar. Pasalnya hampir semua kota di Indonesia saat ini tengah membangun aplikasi guna meningkatkan kinerja dan pelayanan kepada masyarakat.

Advertisement

Sementara itu Ridwan Kamil menyebutkan kegiatan Hackathon Merdeka 2.0 sangat strategis karena aplikasi kependudukan saat ini sangat dibutuhkan.

“Aplikasi bagi kependudukan sangat penting dan itu ditunggu. Saya di Bandung membutuhkan banyak ahli IT untuk bisa mendukung dan membuat aplikasi untuk Kota Bandung,” kata Ridwan Kamil.

Ia menyarankan agar aplikasi yang dibuat pada lomba Hackathon Merdeka 2.0  bisa bermanfaat semuanya dan formatnya sederhana dan gampang dimengerti sehingga bisa mengentaskan keruwetan dalam penerapan aplikasi.

Dikutip dari Detik, Sabtu, PR Code4Nation, Marina Kusumawardhani, menyebut para peserta Hackathon Merdeka 2.0 terdiri beragam kalangan mulai mahasiswa hingga profesional. “Animo peserta sebanyak 70 tim di kota Bandung sangat tinggi. Mereka antusias mengikuti lomba selama 24 jam untuk membuat aplikasi teknologi informasi yang bisa digunakan masyarakat,” tuturnya.

Setiap kota, nantinya dipilih satu atau dua tim yang digabungkan dengan pemenang di daerah lain. “Jadi ada 28 tim pemenang atau lebih dari setiap kota. Saat final di Jakarta dikerucutkan menjadi sekitar tiga hingga lima tim pemenang,” pungkas Marina.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif