SOLOPOS.COM - Ilustrasi solar flare alias cambuk matahari (Nasa.gov)

Solopos.com, JAKARTA — Pada Senin (4/9/2023) diperkirakan badai Matahari melanda Bumi. Tapi kemungkinan tidak akan mengancam kehidupan di Bumi.

Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa (SWPC) dari Layanan Cuaca Nasional telah mengeluarkan peringatan adanya badai Matahari yang melanda Bumi pada hari Minggu (3/9/2023) waktu setempat, atau Senin (4/9/2023) WIB.

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

Namun, kemungkinan besar tidak menimbulkan ancaman apa pun terhadap kehidupan di planet ini karena telah diklasifikasikan sebagai G-1 dan termasuk dalam kategori G-1.

Akibat badai itu, diperkirakan akan terjadi badai geomagnetik ringan. Badai ini kemungkinan akan menyebabkan tampilan aurora yang menakjubkan serta gangguan kecil pada jaringan listrik, navigasi, dan sistem komunikasi.

Menurut Spaceweather.com, badai geomagnetik kelas G1 kecil dimulai pada tanggal 2 September saat Bumi terkena aliran angin Matahari berkecepatan tinggi. Namun, badai ini tidak ada hubungannya dengan dua Coronal Mass Ejection (CME) yang mendekati Bumi.

CME yang terkait dengan letusan filamen meninggalkan Matahari pada sore hari tanggal 30 Agustus, dan CME lainnya diluncurkan pada tanggal 1 September. Kedatangan CME tersebut pada tanggal 3 September dapat memperpanjang badai yang ada saat ini dan mungkin meningkatkannya menjadi badai kategori G2.

”Pengawasan G1 berlaku pada hari UTC 3 September. CME meletus dari Matahari pada 30 Agustus dan kemungkinan besar akan tiba di Bumi, dengan tingkat badai G1 kemungkinan terjadi pada malam hari tanggal 2 Sep EDT (3 Sep hari UTC),” cuit NOAA Space Weather dikutip dari NDTV.

Menurut SWPC, Coronal Mass Ejections (CMEs) adalah pengusiran plasma dan medan magnet dalam jumlah besar dari corona Matahari. Mereka dapat mengeluarkan miliaran ton material koronal dan membawa medan magnet tertanam yang lebih kuat dari kekuatan medan magnet antarplanet (IMF) angin matahari latar belakang.

CME bergerak keluar dari Matahari dengan kecepatan mulai dari lebih lambat dari 250 kilometer per detik (km/s) hingga mendekati 3000 km/s. Sedangkan badai geomagnetik mengacu pada gangguan medan magnet bumi akibat emisi matahari. Intensitas badai matahari dinilai pada skala G1 hingga G5.

Badai G1 adalah yang terlemah dalam skalanya dan dapat terjadi secara rutin, beberapa kali setiap bulannya. Badai geomagnetik G1 kemungkinan tidak akan menimbulkan kerusakan apa pun terhadap kehidupan di Bumi, namun masih dapat memengaruhi jaringan listrik dan memengaruhi beberapa fungsi satelit seperti yang digunakan untuk sistem GPS dan perangkat seluler.

Badai G5 adalah yang paling hebat dan jarang terjadi. Peristiwa Carrington adalah badai matahari terbesar yang pernah tercatat dan terjadi pada 1859. “Selama kejadian ekstrem, partikel matahari bermuatan bahkan dapat merusak peralatan elektronik pesawat ruang angkasa, mengganggu sinyal GPS, dan mematikan jaringan listrik di Bumi. Selama badai matahari paling hebat dalam sejarah, Peristiwa Carrington tahun 1859, pegawai telegraf melaporkan percikan api yang terbang dari mesin mereka, membakar dokumen,” kata Space.com.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Badai Matahari Hantam Bumi Hari Ini, Simak Apa Dampaknya”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya