SOLOPOS.COM - Ilustrasi solar flare alias cambuk matahari (Nasa.gov)

Solopos.com, CALIFORNIA – Jika menganut kalender suku Maya, kalender mestinya berakhir 2012 lalu. Nyatanya prediksi itu meleset. Namun, sebuah publikasi ilmiah dari Journal Nature Communications mengungkap sebuah fakta mengejutkan tentang fenomena alam yang terjadi tahun 2012 lalu itu.

Ternyata, tahun 2012 lalu, bumi selamat dari ancaman “kiamat” yang disebabkan oleh solar flare. Mashable, Minggu (23/3/2014), mengutip Utah People Post yang mengungkap fakta mengejutkan seputar ancaman solar flare pada 22 Juli 2012.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Katanya, solar flare akan jadi ancaman serius jika terjadi pada 13 Juli atau 9 hari sebelumnya. Digambarkan aliran listrik, GPS dan satelit akan mengalami lumpuh total. Hal ini dikarenakan pada 13 Juli 2012 Bumi dan beberapa planet tepat berada di depan cambuk matahari itu.

Baru pada 22 Juli, bumi ada di belakangnya sehingga selamat dari solar flare yang mampu bergerak 2.000 km per detiknya. Cambuk matahari memang mampu memberikan dampak signifikan meski jaraknya jauh. Awan magnetik yang dikeluarkan cambuk itu bisa merusak satelit dan sistem operasi GPS. Selain itu aliran listrik di seluruh bumi akan mati seketika karena kuatnya magnet ini.

Para peneliti mengatakan awan magnetik merobek orbit Bumi, untungnya  Bumi dan planet-planet lain berada di sisi lain dari Matahari pada saat itu. Jika planet-planet ini berada dalam satu garis pandang maka yang terjadi adalah hantaman badai magnetik yang sangat parah.

Peneliti menyimpulkan bahwa ledakan besar di matahari pada tanggal 22 Juli didorong awan magnetik melalui angin surya dengan kecepatan puncak lebih dari 2.000 kilometer per detik  atau empat kali kecepatan khas badai magnetik .

Para peneliti telah melakukan penelitian untuk menganalisa total kerugian dari peristiwa tersebut . Studi yang dilakukan tahun lalu memperkirakan bahwa kerugian yang mungkin saja terjadi pada badai ini mencapai 2,6 triliun dolar AS untuk setiap negara.

“Mungkin itu [solar flare] tidak akan terlalu merugikan ketika kita berada di tahun 1859 [di tahun ini ada badai solar flare besar yang disebut sebagai peristiwa Carrington] karena teknologi modern pada tahun ini jauh lebih berkembang pesat,” kata peneliti University of California, Amerika Serikat (AS), Janet G Luhmann.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya