Teknologi
Selasa, 7 Februari 2012 - 14:53 WIB

Ilmuwan Rekam 'Nyanyian Cinta' Zaman Dinosaurus

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (wikia.com)

ilustrasi (wikia.com)

BRISTOL—Sejumlah ilmuwan berhasil mengungkap nada ‘nyanyian cinta’ jangkrik purba yang hidup 165 juta tahun silam. Nada-nada tersebut direkonstruksi dari sayap mikroskopis fosil jangkrik yang ditemukan di timur laut China.

Advertisement

Jangkrik dan amfibi diketahui menjadi hewan pertama yang ‘bernyanyi’ untuk menggaet pasangannya. Sejumlah ahli palaentologi China antara lain Jun-Jie Gu dan Profesor Dong Ren dan Capital Norman University meneliti beberapa fosil serangga. Penelitian ini bekerja sama dengan ahli biomekanik serangga, Fernando Montealegre-Zapata dan Professor Daniel Robert dari Bristol’s School of Biological Sciences. Ahli evolusi serangga Michael Engel dari University of Kansas, AS juga bergabung dalam tim ini.

Nada hasil rekonstruksi tersebut kemudian dibandingkan dengan ‘nyanyian’ 59 jenis jangkrik yang masih hidup saat ini. Mereka pun menyimpulkan binatang ini memiliki frekuensi tunggal dalam menghasilkan suara.

“Penelitian ini menunjukkan binatang di zaman Jurassic 165 juta tahun lalu telah menggunakan serangkaian nada untuk berkomunikasi. Beberapa di antaranya untuk menggaet pasangannya,” ujar Profesor Robert seperti dilansir dalam website resmi Bristol University, Senin (6/2) waktu setempat.

Advertisement

Menurut peneliti, masa Jurassic adalah masa yang ramai karena banyak ‘paduan suara’ berbagai jenis binatang dengan ‘nyanyiannya’ masing-masing.

Berdasarkan prinsip biomekanik, peneliti menggunakan frekuensi 6,4kHz dengan lama sekitar 16 milidetik untuk menciptakan nyanyian tersebut.

“Menggunakan nada rendah, nyanyian tersebut digunakan untuk komunikasi jarak jauh dalam kondisi minim cahaya seperti di hutan zaman Jurassic. Mekanisme evolusi 100 tahun kemudian membuat serangga tersebut menciptakan sinyal ultrasonik untuk mencari pasangan dan menghindari predator. Mungkin salah satunya dengan kemunculan kelelawar,” ujar Montealegre-Zapata.(HARIAN JOGJA/Galih Kurniawan)

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif