Teknologi
Kamis, 13 Maret 2014 - 21:50 WIB

INFO MEDIS : Peneliti AS Temukan Cara Deteksi Dini Alzheimer

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi potongan otak yang menunjukkan serangan alzheimer (Dailymail.com)

Solopos.com, WASHINGTON — Peneliti Universitas Georgetown, Washington DC, Amerika Serikat (AS) menemukan cara baru mendeteksi penyakit alzheimer. Dalam sebuah riset ditemukan sebuah cara untuk mendeteksi dini penyakit alzheimer dengan tes darah.

Mashable, Selasa (11/3/2014), mengutip Jurnal Nature Medicine Penelitian terbaru dari Universitas Georgetown di Washington DC mengungkap ditemukannya sebuah cara untuk mendeteksi dini penyakit alzheimer dengan tes darah.

Advertisement

Peneliti mengambil 525 sampel yang terdiri atas darah orang sehat dan penderita alzheimer. Dari penelitian selama tiga tahun tersebut diperoleh 10 protein lipid yang merupakan residu hasil metabolisme membran sel otak. Protein tersebut mengandung lemak dalam darah yang bisa mendeteksi alzheimer. Jika kandungan lemak mencapai level 10, itu berarti Anda berisiko kuat menderita penyakit alzheimer hingga 90 persen.

Penemuan ini nantinya diharapkan bisa membantu penderita maupun keluarga untuk menyiapkan beberapa perawatan dan pencegahan. Wikipedia, dikutip Rabu (12/3/2014), Alzheimer dikenal pula dengan penyakit dimensia. Penyakit ini biasa terjadi pada penderita berusia lanjut. Namun belakangan terjadi peningkatan persentase penderita di usia muda.

Alzheimer disebabkan oleh zat protein beracun yang bisa menghancurkan sel-sel otak. Penyakit ini akan menyebabkan penderita kesulitan mengingat hal-hal kecil dalam hidupnya. Hingga saat ini, ada 35 juta orang di seluruh dunia yang mengidap penyakit alzheimer dan belum bisa disembuhkan.

Advertisement

Jumlah penderita kepikunan dimensia kini mencapai 44 juta orang di seluruh dunia dan diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada 2050. Penyakit ini secara perlahan mempengaruhi otak selama lebih dari 10 tahun sebelum gejala demensia muncul. Para dokter memperkirakan, uji coba obat-obatan tidak berhasil karena pasien dirawat pada saat terlalu terlambat. Itu sebabnya para pakar mengatakan perkiraan risiko dimensia merupakan prioritas.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif