Teknologi
Selasa, 3 November 2015 - 02:00 WIB

KABUT ASAP : Begini Cara BPPT Tangani Kebakaran Hutan

Redaksi Solopos.com  /  Haryo Prabancono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas gabungan TNI. Polri, Perhutani, BPBD, dan warga berjibaku untuk memadamkan api yang membakar hutan di kawasan Cemorosewu, Magetan, Jatim, Senin (26/10/2015). (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Kabut asap di Kalimantan dan Sumatra yang masih pekat membuat BPPT melakukan penangann khusus.

Solopos.com, JAKARTA — Bencana kabut asap tak kunjung selesai di wilayah Sumatra dan Kalimantan. Kebakaran hutan dan lahan yang melanda dua wilayah tersebut membuat Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengambil beberapa langkah.

Advertisement

Dikutip dari Okezone, Senin (2/11/2015), langkah menangani kabut asap Sumatra dan Kalimantan bisa dengan membuat Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan untuk penanggulangan bencana asap kebakaran hutan dan lahan.

Menurut Ahli Rekayasa Hujan dari BPPT, Tri Handoko Seto, kebakaran hutan dan lahan apalagi eskalasinya sangat hebat seperti 2015, tidak ada teknologi yang mampu memadamkan kecuali hujan. “Oleh karena itu, teknologi hujan buatan harus diaplikasikan,” ungkapnya.

Advertisement

Menurut Ahli Rekayasa Hujan dari BPPT, Tri Handoko Seto, kebakaran hutan dan lahan apalagi eskalasinya sangat hebat seperti 2015, tidak ada teknologi yang mampu memadamkan kecuali hujan. “Oleh karena itu, teknologi hujan buatan harus diaplikasikan,” ungkapnya.

Tri menyampaikan, TMC atau hujan buatan akan berperan penting dalam meningkatkan efisiensi proses hujan, karena mampu mengubah awan yang berada pada fase mula memasuki fase dewasa hingga matang. “TMC dilakukan dengan menaburkan bahan semai higroskopis berukuran besar,” ucap Tri Handoko.

Menurutnya, hadirnya bahan semai ini akan meningkatkan efisiensi tumbukan dan penggabungan atau collision and coalescence yang merupakan kunci terjadinya proses hujan pada awan hangat yang sering tumbuh di daerah tropis.

Advertisement

Kepala BPPT, Unggul Priyanto, mengatakan tujuh hari terakhir sudah ada 21,3 miliar meter kubik air hujan buatan yang diturunkan di berbagai wilayah Sumatra dan Kalimantan yang terdampak kabut asap.

“Sepekan terakhir telah berhasil dijatuhkan hujan sebanyak 21,3 miliar meter kubik, meliputi Riau, Sumsel, Kalbar, Kalsel dan Kalteng,” kata Unggul Priyanto di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.

Unggul mengatakan, BPPT telah memulai TMC sejak 22 Juni di Riau selama beberapa hari, dilanjutkan ke Sumsel pada Juli, Jambi pada September, Kalbar pada Agustus dan Kalteng, dan Kalsel mulai 15 Oktober dengan menggunakan empat pesawat yakni satu unit CN 295 dan dua Casa 212-200 milik TNI serta satu milik Pelita.

Advertisement

Pelaksanaan TMC, menurut dia, selain tergantung dari keberadaan awan yang berpotensi hujan, juga sangat terkendala oleh keterbatasan pesawat, sementara pesawat BPPT hanya satu yang bisa dipakai, empat lainnya dalam perbaikan.

“Kami sudah mohon agar Menko Polhukam bisa membantu lagi. Sekarang TNI AU menambah satu unit Hercules C130 untuk operasi TMC yang segera dilakukan di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Paling lambat akan diberangkatkan Senin ini,” katanya.

Ia mengatakan, Hercules mampu membawa lima ton bahan semai dan mampu terbang selama delapan jam dibanding Casa yang hanya mampu membawa satu ton garam TMC dan terbang maksimal satu jam, sehingga Hercules lebih efektif berhubung operasi TMC harus dilakukan secara terus-menerus.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif