SOLOPOS.COM - Mirrorless Xiaomi Yi M1. (Xiaomitoday.com)

Kamera baru Xiaomi Yi MI sekilas bentuknya mirip mirrorless Leica T.

Solopos.com, SOLO – Setelah sukses di ranah action camera melawan Gopro, Xiaomi kini juga menghadirkan Xiaomi alias Yi dalam wujud mirrorless. Kamera baru itu mengusung bentuk mirip Leica T dan diberi nama Xiaomi Yi M1.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Berbeda dari Leica T yang banderolnya mencapai US$999 atau sekitar Rp13,1 jutaan, harga Xiaomi Yi M1 dipatok jauh lebih rendah, yakni US$330 atau setara Rp4,3 juta untuk varian dengan paket lensa zoom kit 12-40 mm aperture f/3,5-5,6.

Sementara untuk varian dengan paket lensa prime prime 42,5 mm aperture f/1,8, Xiaomi menjualnya seharga US$450 atau sekitar Rp5,92 juta. Demikian sebagaimana dikutip Solopos.com dari laman Endgadget, Selasa (20/9/2016).

Selain lensa bawaan, Xiaomi Yi M1 juga dapat dipasangkan dengan lensa dari mirrorless Panasonic dan Olympus karena sama-sama menganut sistem micro four thirds (MFT).

Kamera mirrorless Xiaomi Yi M1 dipersenjatai sensor CMOS IMX269 20 megapixel (MP) besutan Sony. Sensor tersebut mampu menghasilkan foto RAW berformat DNG,  merekam video beresolusi 4K/30 fps, dan memiliki sensitivitas hingga ISO 25.600.

Tidak terlihat adanya view finder maupun flash terintegrasi pada bodi Xiaomi Yi M1. Meski begitu, pabrikan asal Tiongkok itu sudah menyematkan layar sentuh LCD 3,0 inci HD 720 x 480 pixel serta konektivitas wifi dan bluetooth untuk keperluan transfer data.

Kamera baru Xiaomi Yi M1 akan dijual perdana di Tiongkok melalui toko online JD.com mulai 23 September 2016. Sejauh ini belum diketahui apakah mirrorless itu juga akan dipasarkan di negara lain secara resmi atau tidak.

 

 



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng

Sebabkan Banjir, Tumpukan Sampah di Bendung Pilang Sukoharjo bakal Disingkirkan

Sebabkan Banjir, Tumpukan Sampah di Bendung Pilang Sukoharjo bakal Disingkirkan
author
Kaled Hasby Ashshidiqy Sabtu, 27 April 2024 - 15:43 WIB
share
SOLOPOS.COM - Tumpukan sampah di pintu air Bendung Pilang, Desa Jatingarang, Kecamatan Weru, Sabtu (27/4/2024). (Istimewa/Relawan Weru)

Solopos.com, SUKOHARJO – Tumpukan sampah di pintu air Bendung Pilang di Kecamatan Weru, Sukoharjo bisa memicu banjir saat hujan lebat. Sampah tersebut membuat aliran air sungai tak bisa mengalir lancar.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo bersama sukarelawan bencana alam berencana menyingkirkan sampah tersebut dalam kerja bakti.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Informasi yang dihimpun Solopos.com, hujan dengan intensitas tinggi  yang mengguyur pada Jumat (26/4/2024) malam membuat ketinggian air sungai yang berujung di pintu Bendung Pilang bertambah secara signifikan. Air sempat meluap dan merendam jalan perdesaan. Luapan air sungai surut secara perlahan pada Sabtu dini hari.

Koran Solopos

“Tadi pagi, kami bersama Pemerintah Kecamatan Weru meninjau lokasi pintu air Bendung Pilang. Tumpukan sampah di pintu air menggunung yang menjadi penyebab air sungai tak bisa mengalir lancar,” kata Kepala Desa Jatingarang, Slamet Riyadi, Sabtu (27/4/2024).

Menurut Slamet, sampah yang menyumbat di pintu air Bendung Pilang tak hanya sampah rumah tangga, ada juga potongan kayu dan dedaunan. Sejatinya, pintu air bendungan kerap dibersihkan warga setempat secara berkala. Namun, masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan ke sungai.

“Kami ingin menjaga produktivitas padi agar tidak anjlok serta ekosistem sungai. Rencananya, ada kegiatan bersih-bersih sungai dari sampah di pintu air Bendung Pilang pada Minggu (28/4/2024),” ujar Slamet.

Emagazine Solopos

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Sukoharjo, Ariyanto Mulyatmojo, akan mengerahkan satu unit eskavator dalam kerja bakti di pintu air Bendung Pilang besok. Eskavator itu untuk mengeruk gunungan sampah.

Para sukarelawan bencana alam dan masyarakat bakal dilibatkan dalam kegiatan bersih-bersih sampah di pintu air bendung. “Kegiatan bersih-bersih sampah di pintu air bendungan bagian dari pengurangan risiko bencana alam. Sehingga air sungai bisa mengalir lancar,” ujar dia.

Interaktif Solopos


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Angka Pengguna Kontrasepsi Metode IUD, MOP dan MOW Rendah, Ini Penyebabnya

Angka Pengguna Kontrasepsi Metode IUD, MOP dan MOW Rendah, Ini Penyebabnya
author
Astrid Prihatini WD Sabtu, 27 April 2024 - 15:36 WIB
share
SOLOPOS.COM - Ilustrasi kontrasepsi IUD. (Freepik)

Solopos.com, SOLO–Angka pengguna metode kontrasepsi intraurinate device (IUD) dan metode steril, baik metode operasi pria (MOP) atau vasektomi maupun metode operasi wanita (MOW) atau tubektomi, ternyata ada penyebabnya. Padahal ketiga metode ini dinilai lebih kelebihan terhadap kesehatan tubuh.

Berdasarkan data Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2024 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, metode IUD digunakan oleh pasangan usia subur sebanyak 7.068 orang. Sementara, MOW sebanyak 3.290 orang dan MOP 153 orang.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Angka-angka tersebut bila dijumlahkan tetap berada jauh di bawah angka pengguna kontrasepsi metode suntik, yaitu 38.261 orang.

Mengutip laman yankes.kemkes.go.id yang diakses pada Jumat (26/4/2024) menyebutkan IUD merupakan alat kontrasepsi berbentuk seperti huruf T yang dipasang pada rahim untuk menghalangi sperma dari proses pembuahan. Sementara vasektomi merupakan metode kontrasepsi dengan pembedahan pada saluran mani yang menyebabkan orang tidak akan memperoleh keturunan lagi. Vasektomi operasi kecil. Dan tubektomi merupakan pembedahan untuk menghentikan kesuburan perempuan dengan cara mengikat atau memotong saluran tuba falopi sehingga ovum tidak bertemu dengan sperma.

Koran Solopos

Meski sepi peminat, tapi sebenarnya metode IUD, MOP dan MOW memiliki kelebihan dari segi kesehatan dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya. Hal itu disampaikan oleh Dokter Spesialis Kandungan RS Kasih Ibu Solo, dr. Ira Syahriarti E., Sp. OG, saat dihubungi Solopos.com beberapa waktu lalu.

Sebabnya, menurut dr. Ira, karena ketiga metode tersebut tidak mengandung hormon yang membawa efek samping jangka panjang.

“Ada sih IUD yang mengandung hormon, hormon levonorgestrel [berfungsi mencegah kehamilan], tetapi lebih untuk pengobatan daripada dipilih untuk kontrasepsi, karena harganya mahal dan untuk terapi perdarahan yang memanjang, penebalan dinding rahim, miom [benjolan yang tumbuh di dinding rahim] yang kecil, atau adenomiosis [adanya endometriosis pada rahim disertai nyeri haid],” jelas dia.

Seperti metode kontrasepsi lainnya, IUD juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya:

1. Sekali pasang, IUD bisa bertahan untuk jangka waktu 4-5 tahun dan 6-8 tahun (tergantung jenisnya).

2. Kontrol IUD tiap 3-6 bulan sekali.

Emagazine Solopos

3. Tidak menyebabkan kenaikan berat badan.

4. Tidak menimbulkan jerawat dan flek atau noda pada wajah.

5. Aman untuk pasien dengan penyakit hipertensi, diabetes melitus, maupun penyakit ginjal.

Sementara kekurangannya:

1. Menstruasi terkadang nyeri, banyak jumlah darah, ada spotting sebelum dan sesudah menstruasi sehingga durasi menstruasi lebih panjang.

2. Terkadang muncul keputihan.

3. Pemasangan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan (nakes) yang terlatih.

Interaktif Solopos

4. Harga lebih mahal untuk IUD nonsubsidi.

Adapun penyebab rendahnya angka pemakai kontrasepsi metode IUD, menurut dr. Ira, karena beberapa hal, yaitu biaya yang relatif mahal dan anggapan pemasangan IUD yang menyakitkan.

“Pemasangan IUD tergantung lokasi konsultasi akseptor. Namun alasan tidak memilih IUD karena harga dan pemasangannya sekitar Rp1 juta. Selain itu, rumor sakit yang beredar saat pemasangan,” kata dia.

Sementara, perihal kemangkusan IUD dalam mencegah kehamilan, dr. Ira menyampaikan IUD memiliki tingkat kegagalan sekitar 5%. Sementara untuk kontrasepsi hormonal seperti suntik dan pil, terjadi kegagalan bisa akseptor melakukan kontrol melebihi jadwal yang ditentukan.

“Bisa jadi posisi IUD bergeser dari yang semestinya,” kata dia.

Saat ditanyai penyebab rendahnya angka pengguna MOW dan MOP, dr. Ira menjawab untuk MOW kemungkinan sebabnya karena banyak syarat yang harus dipenuhi calon akseptor.

Syarat-syarat bagi calon akseptor MOW itu meliputi:



1. Harus sudah memiliki anak minimal 3.

2. Usia sama dengan atau lebih dari 35 tahun.

3. Bagi yang berusia di bawah 35 tahun namun pernah operasi Sectio Caesaria sebanyak 3 kali.

4. Memiliki penyakit yang membahayakan kesehatan ibu.

“Jadi kalau belum memenuhi syarat itu, belum tentu disetujui oleh dokter [spesialis] kandungan. Sedangkan untuk MOP lebih karena ego si suami. Mereka jarang yang mau melakukan MOP atau Vasektomi,” ungkap dia.

Hal yang hampir sama juga disampaikan oleh Kepala Dinas (Kadis) Pemberdayaan Perempuan dan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Solo, Purwanti, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (26/4/2024).

Purwanti menyampaikan bahwa kontrasepsi memiliki dua jenis, yakni yang mengandung hormon dan tidak mengandung hormon. Kontrasepsi yang tidak mengandung hormon dinilainya lebih aman dibandingkan dengan yang mengandung hormon.

“Yang mengandung hormon itu tentu akan diserap tubuh melalui darah. Dan dalam jangka panjang memiliki efek samping, seperti peningkatan berat badan, tekanan darah, dan sebagainya yang bisa dilihat dari bentuk fisik akseptor. Ada beberapa yang berdampak pada siklus menstruasi dan reproduksinya,” jelas dia.

Saat ditanya, apa penyebab dari tinggi angka perempuan dalam hal kontrasepsi serta kecilnya angka akseptor MOP, ia menjelaskan, “Harus kita akui bahwa Indonesia secara umum masih patriarki. Selain itu, masih ada mitos-mitos lama yang dipercaya hingga sekarang, seperti laki-laki akan berkurang kejantanannya jika melakukan vasektomi, misalnya.”

Purwanti juga menjelaskan bahwa pihaknya di Solo telah menggelar beberapa program guna edukasi kontrasepsi bagi laki-laki.

“Kami sudah menggelar semacam sosialisasi yang ditujukan ke petugas linmas, rt dan rw, serta lainnya di tingkat kecamatan. Sasarannya laki-laki dan itu telah berlangsung beberapa tahun belakangan ini. Bahkan, kami beri reward uang senilai Rp1 juta bagi laki-laki yang bersedia di vasektomi,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Solo Indonesia Culinary Festival 2024 Digelar Mei, Angkat Tema Soto

Solo Indonesia Culinary Festival 2024 Digelar Mei, Angkat Tema Soto
author
Rohmah Ermawati Sabtu, 27 April 2024 - 15:06 WIB
share
SOLOPOS.COM - Ilustrasi soto ayam. (Freepik)

Solopos.com, SOLO–Solo Indonesia Culinary Festival bakal kembali digelar tahun 2024 ini. Kegiatan yang direncanakan dilakukan pada 9-12 Mei tersebut akan mengangkat tema Soto.

Ketua Panitia Solo Indonesia Culinary Festival, Daryono, mengatakan kegiatan yang akan berlangsung selama empat hari itu akan dipusatkan di kompleks Stadion Manahan, Solo.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Menurutnya, ada alasan kuat tentang pengambilan tema soto pada pelaksanaan Solo Indonesia Culinary Festival ke-9 nanti. Di mana, soto menjadi salah satu menu nusantara yang muncul hampir di semua daerah. Di sisi lain, Solo yang saat ini juga menjadi Kota Kuliner, juga menyajikan aneka menu soto dari berbagai daerah.

Koran Solopos

“Soto menjadi makanan favorit bagi semua kalangan. Solo ini kaya soto, di mana ada berbagai jenis soto yang bisa ditenui di Solo. Mulai soto boyolali, soto kuali, soto lamongan, soto betawi, soto semarang, dan sebagainya,” kata dia saat ditemui di Solo, Jumat (26/4/2024).

Sebaliknya, lanjutnya, soto khas Solo juga mungkin banyak ditemui di daerah lain di luar Kota Bengawan. Artinya, soto telah menjadi kuliner merakyat yang tidak memandang ego sektoral.

“Potensi besar itulah yang menjadi inspirasi kami untuk bagaimana soto ini menjadi suatu tata hidangan, tidak hanya orang lokal, namun bisa menjadi jamuan tamu-tamu nasional maupun internasional yang datang ke Solo,” lanjut dia.

Emagazine Solopos

Meski begitu, Solo Indonesia Culinary Festival tidak hanya akan menampilkan soto di dalamnya. Menu-menu kukiner lain juga akan mewarnai acara yang terselenggara atas dukungan sejumlah stakeholder terkait itu.

Diungkapkan Daryono, berbagai kegiatan juga akan digelar untuk memeriahkan acara. Termasuk display kuliner, aneka lomba hingga masak besar soto yang diikuti bagi-bagi soto gratis di hari kedua. Dia berharap acara tersebut akan menjadi ajang promosi potensi kuliner daerah.

Interaktif Solopos


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Memuat Berita lainnya ....
Solopos Stories