SOLOPOS.COM - Panasonic Lumix GX 7

Solopos.com, JAKARTA—Tren penjualan kamera jenis digital single lens mirrorless (DSLM) diprediksi meningkat 100% per tahun.

Product Marketing Digital Imaging PT Panasonic Gobel Indonesia Agung Ariefiandi mengatakan peningkatan ini didorong oleh perubahan tren penggunaan kamera di masyarakat yang memilih kamera ringkas tapi tetap berkualitas.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dia melanjutkan persaingan antar vendor kamera di sektor DSLM semakin kompetitif karena hampir semua vendor kamera telah meluncurkan produk serupa.

“Hampir semua vendor kamera DSLM menikmati pertumbuhan pesat dari tahun ke tahun,” ujarnya di sela-sela peluncuran kamera Panasonic Lumix GM1 dan GX7, Kamis (28/11/2013).

Menurut Agung, Panasonic menjadi vendor pertama yang memperkenalkan kamera DSLM saat meluncurkan kamera Lumix DMC-G1 pada 2008 yang diklaim sebagai kamera DSLM pertama di dunia. Sampai saat ini Panasonic telah memiliki lima jenis kamera yang juga bisa disebut mirrorless ini. Meski mengalami pertumbuhan hingga 100%, Agung mengaku angka penjualan kamera jenis ini di Panasonic masih kecil.

“Kami mengejar target pangsa pasar 6% dari total penjualan kamera DSLM di Indonesia,” tambahnya.

Pernyataan Agung tersebut diperkuat oleh Raditya P. Adhigama, fotografer, yang mengatakan kamera jenis DSLM memiliki tren positif di masa mendatang. Menurutnya, dibandingkan dengan kamera digital single lens reflect (DSLR), kamera DSLM lebih praktis dengan fitur-fitur yang sudah mencukupi untuk aktivitas sehari-hari.

“Seperti handphone saja, makin lama makin kecil tapi makin canggih,” ujarnya.

Meski vendor kamera sudah mulai memasarkan kamera DSLM sejak 2008, Raditya mengatakan DSLM baru mulai digemari masyarakat sejak 2011. Pilihan produk yang semakin beragam mulai dari low end hingga high end membuat masyarakat memiliki banyak pilihan. Rentang harganya pun bervariasi mulai dari Rp6 juta-Rp20 juta.

Menurut Raditya, kelengkapan lensa di masing-masing vendor menjadi salah satu kekurangan. Karena uniknya mirrorless adalah memiliki lensa tersendiri sehingga persaingan antar vendor akan banyak terdapat pada teknologi lensa.

“Siapa yang punya lensa paling lengkap mungkin nanti dia yang unggul,” katanya.

Meski demikian, Raditya menyoroti soal kultur di Indonesia yang masih mementingkan lifestyle. Selama ini beredar paham di masyarakat jika memakai kamera besar itu lebih profesional. Sehingga menurut Raditya, ini menjadi tantangan tersendiri bagi vendor kamera untuk memasarkan kamera DSLM yang memiliki bentuk lebih kecil.

Sementara itu, kalangan fotografer merespon positif kamera jenis ini. Banyak fotografer yang menjadikan kamera DSLM sebagai kamera kedua setelah DSLR. Secara teknologi memang belum memungkinkan untuk memotret aktivitas yang membutuhkan speed tinggi. Namun, Raditya optimis teknologi DSLM akan semakin canggh.

“Kalau sudah dipakai fotografer olahraga artinya teknologinya sudah mencukupi,” kata Raditya menutup pembicaraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya