Teknologi
Kamis, 13 Juli 2023 - 16:14 WIB

Kematian Akibat Polusi Udara 3 Kali Lebih Besar Dibandingkan TBC

Akhmad Ludiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi polusi udara di kota-kota besar. (Huffingtonpost.com)

Solopos.com, SOLO-Kematian yang disebabkan oleh polusi udara 3 kali lebih besar dibandingkan dengan kematian yang disebabkan oleh malaria, TBC dan AIDS.

Dikutip dari laman yankes.kemkes.go.id, World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa polusi udara merupakan suatu permasalahan utama dalam pencemaran lingkungan. Setiap tahun polusi udara baik luar atau dalam ruangan menyebabkan 7 juta kematian.

Advertisement

Kematian yang disebabkan oleh polusi udara 3 kali lebih besar dibandingkan dengan kematian yang disebabkan oleh malaria, TBC dan AIDS.

Polusi udara menyebabkan kematian akibat penyakit jantung sebanyak 25 %, stroke 24 %, penyakit paru obstruktif 43%, 29% kanker paru. Sejalan dengan sebuah ulasan yang menyampaikan bahwa meningkatnya jumlah alat transportasi kendaraan bermotor menyebabkan meningkatnya pencemaran udara. Polutan gas buang kendaraan bermotor berupa gas CO, CO2, NO, SO, serta Pb merupakan penyebab pencemaran udara.

Advertisement

Polusi udara menyebabkan kematian akibat penyakit jantung sebanyak 25 %, stroke 24 %, penyakit paru obstruktif 43%, 29% kanker paru. Sejalan dengan sebuah ulasan yang menyampaikan bahwa meningkatnya jumlah alat transportasi kendaraan bermotor menyebabkan meningkatnya pencemaran udara. Polutan gas buang kendaraan bermotor berupa gas CO, CO2, NO, SO, serta Pb merupakan penyebab pencemaran udara.

Sumber gas CO di udara adalah mobil, truk dan kendaraan lainnya atau mesin yang membakar  bahan bakar fosil. Tidak hanya itu, namun beberapa barang yang ada di rumah seperti pemanas ruangan dengan minyak tanah, cerobong asap, dan tungku yang bocor serta kompor gas merupakan benda-benda yang dapat melepaskan gas CO di dalam ruangan.

Karbon monoksida merupakan suatu gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang dihasilkan dari aktivitas pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna. Efek patofisiologis karbon monoksida yang paling dikenal adalah hipoksia jaringan karena kemampuannya untuk berikatan dengan hemoglobin yang membentuk Karboksigemoglobin.

Advertisement

Selaras dengan hasil review dari artikel yang sudah didapatkan menunjukkan bahwa paparan gas CO kepada masyarakat secara rutin atau terus menerus dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat dan menyebabkana penyakit jantung koroner, serangan jantung dan penyakit kardiovaskuler lainnya serta dapat menyebabkan Delayed Encephalopathy after Acute Carbon monoxide (DEACMP).

Paparan gas CO berhubungan dengan meningkatnya Years of Life Lost (YLL) harian dari penyebab Non Kecelakaan seperti penyakit kadiovaskuler, penyakit pernapasan, Penyakit Jantung Koroner, storke dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Sehingga paparan gas CO yang melebihi baku mutu akan meningkatkan risiko Years Life Lost pada masyarakat yang terpapar.

Paparan karbon monoksida (CO) dapat menyebabkan karboksihemoglobin (COHb) pada darah. Paparan karbon monoksida juga dapat menimbulkan beberapa gejala Kesehatan.

Advertisement

 

Gejala

Beberapa gejala yang disebabkan oleh paparan gas CO yaitu, sakit kepala, pusing, sesak nafas, mata berair, tekanan darah tinggi. Paparan gas CO juga memiliki hubungan dengan kelelahan kerja, kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan menyebabkan peningkatan kasus dan kematian harian akibat COVID-19. Peningkatan kadar karbonhemoglobin (COHb) pada darah dapat disebabkan oleh papara gas CO, atau juga faktor lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan salah satu penyebab peningkatan kadar COHb adalah kebiasaan merokok dimana rokok merupakan salah satu sumber terbesar gas Karbon Monoksida (CO).

Advertisement

Dalam sebuah penelitian disampaikan bahwa dalam rokok mengandung sekitar 4.000 bahan kimia dan 200 diantaranya beracun salah satunya adalah karbon monoksida.  Sehingga paparan gas CO yang di sebabkan oleh rokok dapat menyebabkan meningkatnya kadar COHb dalam darah seseorang perokok baik itu pasif atau aktif, dan ketika paparan asap rokok menurun dapat menurunkan kadar COHb.

Selaras dengan ulasan diatas paparan gas Karbon Monoksida dapat yang dapat mempengaruhi kondisi Kesehatan seperti dapat menyebabkan gejala pusing, mata berair, sesak nafas. Paparan gas CO juga dapat menyebabkan Peningkatan Kadar COHb pada darah, kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), kejadian stunting pada Balita, Kejadian hipertensi, Bronchitis, penyakit jantung coroner, penyakit kardiovaskuler lainnya serta dapat menyebabkan Delayed Encephalopathy After Acute Carbon Monoxide Poisoning (DEACMP). Polusi atau paparan gas CO juga dapat meningkatkan kejadian Covid-19 dan meningkatkan angkat kematian akibat Covid-19.

Dengan demikian berdasarkan beberapa ulasan di atas tentunya Mengingat banyaknya dampak bagi kesehatan yang disebabkan oleh paparan karbon Monoksida diharapkan masyarakat untuk dapat mengurangi atau berhenti merokok terutama ketika di dalam rumah, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, serta melakukan penanaman kembali pohon yang dapat  menyerap polutan.

Selain itu peran serta pemerintah diharapkan membuat kebijakan yang relevan untuk mengurangi paparan gas CO di udara seperti membuat tempat terbuka hijau, menanam kembali pepohonan di sekitar jalan perkotaan, memberikan edukasi kepada masyarakat yang rentan tentang bahaya paparan gas CO terhadap Kesehatan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif