Teknologi
Minggu, 20 November 2016 - 06:00 WIB

KISAH INSPIRATIF : Bukan Dokter, Insinyur Ini Temukan Cara Unik Obati Kelainan Jantung

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tal Golesworthy (Dave Imms)

Kisah inspiratif kali ini tentang pengobatan kelainan jantung

Solopos.com, LONDON – Tal Golesworthy, insinyur asal London, Inggris mencetak namanya dalam sejarah dunia medis. Berawal dari posisi dilematis untuk memilih dua pilihan mematikan, Tal menggunakan kejelian sebagai seorang insinyur untuk memberikan alternatif pengobatan baru.

Advertisement

Dilansir Independent.co.uk, Rabu (9/11/2016), Tal Golesworthy kali pertama divonis menderita Sindrom Marfan saat umurnya kurang lebih 6 tahun. Tal mewarisi kondisi ini dari ayahnya. Orang-orang dengan Sindrom Marfan biasanya memiliki tulang ramping, tinggi badan yang tidak biasa, dan beberapa permasalahan sendi dan mata.

Selain efek yang nampak dari luar, Sindrom Marfan juga menyebabkan tubuh tidak bisa memproduksi protein fibrillin secara sempurna. Protein tersebut bertanggung jawab untuk fleksibilitas jaringan tubuh dan pembuluh darah.

Advertisement

Selain efek yang nampak dari luar, Sindrom Marfan juga menyebabkan tubuh tidak bisa memproduksi protein fibrillin secara sempurna. Protein tersebut bertanggung jawab untuk fleksibilitas jaringan tubuh dan pembuluh darah.

Mengenai pembuluh darah yang tidak fleksibel. Kondisi Aorta menjadi yang paling berbahaya. Di orang normal, Aorta akan melar dan mengecil secara normal, untuk penderita Sindrom Marfan, aorta hanya akan melar dan tidak kembali ke kondisi semula.

Tal sudah menyadari kondisinya luar dalam, pada pemeriksaan yang dia lakukan pada tahun 2000, tim dokter yang memeriksanya menyarankan dilakukan operasi untuk mencegah aorta semakin melebar.

Advertisement

Operasi kedua mirip dengan operasi pertama namun katup jantung alami tidak diganti. Cara kedua ini lebih efektif dan tidak memerlukan konsumi obat antipengentalan darah. Namun persentase keberhasilan kecil. Mengetahui dua pilihan sulit ini, Tal memilih menolak operasi.

Berada dalam kondisi dilematis antara tidak mau menanggung efek operasi yang mengerikan dan tidak mau menyerah begitu saja, Tal muncul dengan usulan seorang insinyur. Menurut Tal mengapa harus mengganti sebuah komponen jika masih bisa didukung dengan alat bantu yang lebih sederhana.

“Saya berkata pada diri sendiri, tunggu, saya bisa memindai aorta menggunakan komputer, kemudian bisa dibangun alat bantu yang memungkinkan,” ungkap Tal seperti dikutip Independent.

Advertisement

Pembungkus aorta yang ditemukan Tal Golesworthy (3dprintingindustry.com)

Solusi Tal

Dikutip Solopos.com dari 3dprintingindustry.com, Selasa (15/11/2016), Tal muncul dengan solusi paling efektif yang bisa dia pikirkan. Tal berusaha membuat benda khusus untuk membungkus aorta sehingga pemelaran bisa dicegah namun tidak mengurangi fungsi aorta. Pertama-tama Tal memindai jantungnya kemudian mencetaknya dengan printer tiga dimensi. Dari model jantung itu Tal mendesain semacam alat pembungkus yang cocok dengan bentuk aorta. Alat ini kemudian disebut dengan personelaized external aortic root support (PEARS).

Advertisement

Tal Golesworthy bukan seorang dokter atau aktivis dunia medis. Ia perlu tim dokter untuk memverifikasi alat barunya ini. Ia perlu waktu hampir empat tahun untuk meyakinkan tim dokter dan melakukan penyempurnaan pada idenya itu. Untuk menyempurnakan ide itu, Tal sempat melalui 30 jam pemindaian menggunakan MRI untuk benar-benar memastikan alat pembungkus dan aorta cocok.

Pada 2004, Tal menjadi orang pertama yang mencoba teknik temuannya itu. Operasi berjalan sukses, dan semenjak saat itu ancaman pelebaran aorta dan gagal jantung secara teori bisa dihindari.

Semenjak keberhasilan tersebut, teknik Tal itu dikenal sebagai salah satu pengobatan paling efektif untuk kasus Sindrom Marfan. Hingga 2013 sudah ada 34 pasien yang menjalani operasi serupa. Semua operasi sukses dan pasien mengalami perubahan signifikan. Hingga saat ini dilaporkan hanya satu pasien yang telah meninggal dunia, namun penyebab kematian tidak ada hubungan dengan penyakit jantung.

Bahkan, pasien yang meninggal lima tahun setelah operasi itu mengungkap fakta baru. Hasil autopsi menyatakan pembungkus buatan masih menempel dalam kondisi baik.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif