SOLOPOS.COM - Illustrasi masyarakat saat ikut memantau hilal di Pantai Kartini, Jepara, Jawa Tengah. (Solopos.com/Adhik Kurniawan).

Solopos.com, SOLO — Publik dibuat penasaran dengan perbedaan hisab dan rukyatul hilal lantaran metode tersebut menghasilkan perbedaan dalam menentukan 1 Ramadan 2024.

Meski pemerintah belum memutuskan kapan 1 Ramadan 1445 H/2024, Nahdlatul Ulama (NU) memprediksi awal puasa Ramadan jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024. Ketua LF PBNU, Kiai Sirril menyatakan, melalui pengalaman, rukyatutl hilal tidak mungkin dapat dirukyat pada 29 Syakban 1445 H atau bertepatan dengan Minggu, 10 Maret 2024.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Sementara itu, Muhammadiyah memutuskan 1 Ramadan 1445 H pada Senin, 11 Maret 2024. Mengutip laman Muhammadiyah, keputusan penetapan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal Hakiki. Penetapan 1 Ramadhan 1445 H ini juga telah dituangkan ke dalam Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 yang ditandatangani oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti.

Pemerintah sendiri akan menggelar sidang isbat untuk penentuan 1 Ramadan 1445 H pada Minggu, 10 Maret 2024.

Terkait penentuan 1 Ramadan 2024 ini, masyarakat banyak yang penasaran dengan perbedaan hisab dan rukyatul hilal, kira-kira apa saja sih?

Mengutip laman resmi UIN RM Said Surakarta, rukyatul hilal merupakan kegiatan melihat bulan tanggal satu untuk menentukan awal dan akhir Ramadan, 1 Syawal, maupun 1 Zulhijah. Artinya, rukyatul hilal menjadi kriteria penentuan awal bulan kalender hijriah dengan merukyat hilal secara langsung. Apabila hilal tidak terlihat, maka bulan berjalan digenapkan menjadi 30 hari.

Dalam melakukan rukyatul hilal, pengamat akan melihat bulan sabit di langit sebelah barat sesaat setelah Matahari terbenam menjelang awal bulan baru, khusunya menjelang Ramadan, Syawal, dan Zulhijah.

Berbeda dengan rukyatul hilal untuk menentukan 1 Ramadan 2024, metode hisab merupakan perhitungan secara matematis dan astronomis untuk mengetahui posisi bulan dalam penentuan dimulainya awal bulan pada kalender hijriah.

Dalam dunia Islam istilah hisab sering digunakan dalam ilmu falak untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap Bumi. Menurut Thomas Djamaluddin, seorang Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, dalam prakteknya, hisab yang dianggap akurat bergantung pada pilihan kriterianya. Titik temu yang ditawarkan secara astronomi adalah kriteria imkan rukyat (kemungkinan bisa dirukyat) atau visibilitas hilal (keterlihatan hilal).

Kriteria imkan rukyat sesungguhnya adalah kriteria hisab berdasarkan data rukyat jangka panjang. Bagi pengamal hisab, kriteria itu menjadi dasar pembuatan kalender.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya