SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Operator seluler lokal masih mengelola jaringan CDMA meski mengalami penurunan dari segi pengguna.

Solopos.com, SEOUL — PT Smartfren Telecom mengklaim akan tetap mengelola pengguna jaringan code division multiple access (CDMA) meski pasarnya sudah mulai mengecil. Smartfren juga tidak akan menambah jaringan yang ada.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Direktur Smartfren Roberto Saputra menjelaskan, sampai saat ini masih banyak pengguna CDMA di Indonesia. Mereka adalah pelanggan setia.

“Satu-satunya alasan mereka berhenti menggunakan jaringan CDMA ketika perangkat mereka rusak, mau tidak mau harus ganti yang baru,” jelasnya, seperti dilansir Liputan6.com, Rabu (7/10/2015) di Seoul, Korea Selatan.

Oleh sebab itu, operator seluler Smartfren masih akan mengelola pelanggan mereka yang menggunakan layanan CDMA. “Kami tidak akan shutdown tapi memang kami juga tidak akan menambah jaringan yang ada,” tambahnya.

Roberto melanjutkan, satu-satunya alasan operator seluler Smartfren menutup layanan CDMA ketika sudah tidak ada lagi pelanggan yang menggunakan layanan tersebut.

Saat ini, porsi pelanggan CDMA di kisaran 30% dari total pelanggan Smartfren. Sebanyak 30% dari pelanggan CDMA tersebut adalah mereka yang berada di Jabodetabek.

Sedangkan untuk pelanggan 4G, Smartfren akan tetap mengembangkan jaringan hingga ke seluruh kota-kota besar di Indonesia. Saat ini jangkauan jaringan Smartfren 4G long term evolution (LTE) telah mencapai 78%.

Beberapa kota yang telah dijangkau adalah Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang, Bali, Aceh, Batam, Banjarmasin, dan kota besar lainnya. Hingga akhir kuartal III 2015, masyarakat yang menggunakan layanan Smartfren mencapai 12 juta.

Dikutip dari Detik, Selasa (7/10/2015), layanan CDMA operator seluler Smartfren dipastikan belum ada rencana untuk dimatikan, jadi masih akan dikelola selama permintaannya masih ada. Sementara fokus bisnis Smartfren sepenuhnya kini tercurah pada 4G LTE, yang baru diluncurkan 19 Agustus 2015 lalu.

“CDMA dikelola saja, bukan berhenti, kita tetap menyelenggarakan layanan ÇDMA tapi tak akan lagi ekspansi. Coverage-nya tetap seperti itu,” kata Roberto.

Latar belakang pengguna yang melirik handset 4G dan CDMA itu memiliki perbedaan. Pengguna CDMA itu disebut sebagai pelanggan yang loyal dan merupakan seorang pengguna media sosial yang ringan dan basic services, dengan Average Revenue Per User (ARPU) sekitar Rp25.000-30.000 per bulan.

“Jadi orang yang mengganti dan membeli handset CDMA itu yang ponselnya rusak. Sedangkan orang yang beli handset 4G itu memang dia mau upgrade,” ujarnya.

Kesetiaan pengguna CDMA salah satu contohnya juga bisa ditemui di Korea Selatan, sebagai negara dengan adopsi 4G paling cepat di dunia. Disebutkan Roberto, 70% pelanggan layanan operator seluler LG U+ sudah bermigrasi ke 4G. Tetapi ada 25% pelanggan lainnya yang masih setia dengan layanan CDMA.

“Bahkan di Korea. Jadi mereka bilang, ini ada orang-orang yang sudah ditawari tetap tak mau pindah. Karena sudah senang, perangkatnya mungkin sudah 5 tahun enggak ganti-ganti. Di Korea itu ada di pelanggan operator LG U+. Di sana kita cek juga, kan mereka transisi dari CDMA ke 4G, itu ada yang 25% masih pengguna CDMA,” Roberto mengungkapkan.

Sampai akhirnya operator seluler LG U+ menggunakan cara tegas untuk memaksa migrasi pelanggannya tersebut. “Kita tanya, kalau mereka enggak mau pindah juga ke 4G, mungkin akan dimatikan. Akhirnya mereka menggunakan cara dipaksa, karena enggak mau pindah-pindah,” ucap Roberto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya