SOLOPOS.COM - Peluncuran Fira OS (Okezone)

OS terbaru Fira buatan Polytron memiliki beberapa kelebihan menarik.

Solopos.com, JAKARTA — Polytron, tak hanya merilis smartphone terbaru Zap 6. Perusahaan lokal tersebut juga memperkenalkan sistem operasi bernama FiraOS yang diklaim 100% buatan anak bangsa.

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Seperti dikutip dari Okezone, Sabtu (30/1/2016), Marketing Director Polytron Indonesia,Tekno Wibowo, menjelaskan Fira berbeda dari ZenUI atau MIUI yang hanya membedakan perangkat Asus dan Xiaomi dengan perangkat Android lainnya dari sisi tampilan.

Fira OS memiliki aplikasi bawaan yakni FIRA Check, FIRA Pay, FIRA Store dan FIRA TV. FIRA Check Pulsa dimaksudkan untuk mempermudah pengguna mengecek pulsa yang dimiliki. Sementara itu FIRA Pay memungkinkan pengguna membayar berbagai tagihan seperti listrik dan telepon langsung dari perangkat Polytron.

Di sisi lain, FIRA Store menyediakan voucher-voucher seperti pulsa, game dan listrik bersifat digital, nantinya juga akan bekerja sama dengan e-commerce yang dimaksudkan untuk mempermudah pengguna berbelanja, bukannya mengunduh aplikasi.

Spesial untuk FIRA TV, pengguna akan dimudahkan untuk streaming video danTV dengan aplikasi tersebut. Bekerja sama dengan Super Soccer TV, FIRATV akan menyiarkan seluruh tayangan bola pada Maret mendatang secara gratis bagi pengguna yang memiliki FIRA ID.

Lebih lanjut, Tekno sangat optimistis FiraOS yang dibangun di Android itu akan membawa ciri sendiri bagi smartphone ZAP 6. “Kita berikan fitur-fitur lokal yang bermanfaat untuk orang Indonesia karena banyak fitur di smartphone-smartphone asing tetapi itu dibuat untuk global, bukan untuk masyarakat kita,” terangnya.

Investasi untuk membangun OS terbaru Fira rupanya tak murah. Meski ragu mengungkapkan jumlah pastinya, Tekno mengungkap dana yang digelontorkan untuk membangun FiraOS lebih dari Rp10 miliar. “Hire programmer enggak murah. Kita timnya sekarang mungkin sekitar 12 orang semuanya WNI. Kita enggak butuh bule kok,” jawabnya.

Selain itu dikutip dari Detik, Sabtu, menurut Tekno, Polytron punya senjata tersendiri untuk melawan serangan brand Tiongkok. Jurus Polytron antara lain dengan berupaya memenuhi aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dari pemerintah dan membuat produk sesuai dengan karakter pengguna Indonesia.

“Kita berusaha memenuhi TKDN. Produksi pure di Indonesia, pabrik kita di Kudus Jawa Tengah. Zap 5 yang rilis tahun lalu saja sudah 35% TKDN, jadi kami optimistis bisa memenuhi syarat pemerintah. Kita juga memahami pengguna Indonesia. Kita buat produk kita localized untuk pengguna di sini,” papar Tekno.

Latar belakang ini pula yang menjadi alasan Polytron mengembangkan OS terbaru Fira, versi Android yang disesuaikan dan dioptimalkan untuk ponsel Polytron.

“Android sudah menguasai pasar. Tapi karena didesain secara umum, ada beberapa hal yang kurang cocok untuk pengguna kita. Karena kami brand Indonesia, kami tahu marketnya seperti apa, maka kita juga investasi di bidang software untuk pengembangan OS Fira,” ujarnya.

Tak sembarangan, Tekno menyebut pengembangan OS terbaru Fira terlebih dahulu melalui berbagai studi tentang kebiasaan pengguna ponsel di Indonesia. Tujuannya agar Fira optimal dengan perangkat buatannya dan memenuhi kebutuhan pengguna.

Tekno berharap, semua fitur di OS Fira bisa dimaksimalkan untuk konsumen di Indonesia. Strategi ini meniru Xiaomi yang ponselnya dibenamkan berbagai layanan internet terintegrasi yang juga dikembangkan oleh perusahaan asal China tersebut.

“Xiaomi itu kan punya UI-nya sendiri dan berbagai layanan di dalamnya. Tapi layanannya gak bisa dipakai pengguna di sini. Makanya kita buat OS Fira ini, layanannya ya untuk bisa dipakai pengguna Indonesia,” kata Tekno.

Dalam kesempatan ini, Tekno juga mengungkapkan keinginannya agar unit bisnis ponsel Polytron terus tumbuh. Saat ini, pendapatan terbesar Polytron masih berasal dari unit bisnis elektronik rumah seperti TV, kulkas dan lemari es.

“Kita sejak terjun di bisnis smartphone selalu tumbuh year on year. Tahun lalu revenue dari smartphone memang masih 5%. Masih besar dari home appliances. Kita ingin yang smartphone ini terus tumbuh sebanyak-banyaknya,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya