Solopos.com, JAKARTA – Letusan anak Krakatau terpantau pada 10 April 2020 pukul 23.10 WIB. Fenomena ini terlihat dari data citra satelit penginderaan jauh milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Indonesia (Lapan).
Dilansir laman resmi Lapan, Senin (13/4/2020) berdasarkan citra thermal resolusi spasial rendah dari satelit Himawari terlihat semburan debu vulkanik yang membesar dan semakin tinggi. Penampakan diambil pada pukul 23.50 WIB (10 April 2020). Menurut citra satelit debu vulkanik bergerak ke arah barat daya menuju Pulau Sumatera bagian Selatan.
Bukan Anak Krakatau, BMKG Juga Bingung Sumber Dentuman Jabodetabek
Kemudian, tepat pada jam 10.00 WIB tanggal 11 April 2020 satelit LAPAN-A2/LAPAN-ORARI merekam Gunung Anak Krakatau secara visual, dengan resolusi spasial 3,5 meter dan luas cakupan 7 x 7 km.
Pada citra satelit tampak abu dan asap letusan Gunung Anak Krakatau mengarah ke sisi utara. Secara visual lokasi sumber asap yang menandakan posisi kawah masih sama dengan pada saat sebelum terjadi letusan tanggal 10 April 2020.
Dentuman di Jabodetabek Dikaitkan Erupsi Krakatau, Warga Cilegon Tak Dengar
Hal ini menunjukan letusan tanggal 10 April 2020 tidak menyebabkan perluasan kawah secara signifikan. Batas kedangkalan perairan di sekitar Gunung Anak Krakatau terlihat dari warna perairan yang lebih terang dengan batas putih kecoklatan memanjang di sisi barat laut hingga selatan gunung.
Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pusfatja) Lapan membagikan informasi ini ke pemangku kepentingan, laman web, dan media sosialnya.
Gunung Anak Krakatau Erupsi Lagi, Ini Potensi Bahayanya
Berdasarkan informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), erupsi telah terjadi mulai pukul 22.35 WIB pada 10 April 2020.