Teknologi
Jumat, 11 September 2015 - 03:30 WIB

PENJUALAN SMARTPHONE : Made In Indonesia, Andromax Tak Terpengaruh Dolar

Redaksi Solopos.com  /  Haryo Prabancono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Smartfren Andromax 4G LTE (Okezone)

Penjualan smartphone Andromax tak terpengaruh dolar karena buatan Indonesia.

Solopos.com, CIREBON— Tak bisa dipungkiri, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah memengaruhi banyak sektor  termasuk industri telekomunikasi. Namun, penjualan smartphone Andromax tak terpangaruh.

Advertisement

Dikutip dari Detik, Kamis (10/9/2015), menurut Head of Brand & MarComm Smartfren, Derrick Surya, saat ini ponsel Andromax telah diproduksi secara lokal alias made in Indonesia . Alasan itulah yang membuat penjualan smartphone Andromax tak terpengaruh dolar.

“Aman-aman saja harganya, tidak terpengaruh dolar naik. Karena Andromax produksinya sudah dilakukan secara lokal,” ujar Derrick, di Hotel Swiss-Bel, Cirebon, Jawa Barat.

Advertisement

“Aman-aman saja harganya, tidak terpengaruh dolar naik. Karena Andromax produksinya sudah dilakukan secara lokal,” ujar Derrick, di Hotel Swiss-Bel, Cirebon, Jawa Barat.

Tak diungkapkan lebih jauh memang lokasi produksi smartphone Andromax tersebut di Indonesia. Namun, sebelumnya operator berbasis CDMA itu pernah menunjukkan basis produksi Andromax di Cikarang dan Batam.

Derrick lantas membeberkan strategi penjualan smartphone Smartfren. Andromax bukan lagi satu-satunya ponsel yang akan dijual secara bundling. Mereka telah menggandeng sejumlah produsen ponsel global untuk kerja sama bundling dengan layanannya.

Advertisement

Tapi itu hanya sebagiannya, karena sudah ada tiga atau empat produsen ponsel global yang siap untuk mem-bundling produknya dengan layanan Smartfren 4G. “Saya tak bisa bilang siapa saja produsennya karena terkait Non-Disclosure Aggregement, tapi rencananya tahun 2015 ini akan diluncurkan semuanya,” tambah Derrick lagi.

Dolar yang tinggi juga tidak ditakutkan Vice President of Network Smartfren, Munir SP. Menurutnya hal itu belum akan memengaruhi Smartfren di sisi jaringan. Munir mengakui sifatnya hanya jangka pendek, sedangkan untuk jangka panjangnya masih harus dikalkulasi lagi.

“Kalau jangka pendek belum terpengaruh, mungkin secara jangka panjang. Tapi itu belum ketahuan seperti apa hitung-hitungannya,” tutup Munir.

Advertisement

Sementara itu, operator di Indonesia sedang memasuki fase baru dalam mengadopsi teknologi telekomunikasi terbaru, yakni 4G. Meski belum merata, layanan ini akan digelar secara bertahap agar dapat dinikmati masyarakat di seluruh Indonesia.

Indosat bahkan meyakini adopsi 4G akan lebih cepat dibandingkan adopsi teknologi sebelumnya, yakni 3G. Hal ini disampaikan dalam diskusi Selular Forum bertajuk Booming Smartphone 4G: Tantangan Bagi Network & User Experience, di Jakarta, Kamis.

“Trennya pengguna ponsel 2G akan langsung transisi ke 4G, karena harga ponsel 3G dan 4G sudah sama. Saya yakin lebih dari 50 persen dari total populasi sudah pakai smartphone pada 2018, di mana didominasi oleh ponsel 4G,” jelas Presiden Direktur & CEO Indosat, Alexander Rusli.

Advertisement

Menurut Country Head Unit Engagement Practice Ericsson Indonesia, Rustam Effendie, jaringan berperan besar terhadap layanan 4G. Sebab saat ini aplikasi berbasis internet lebih banyak dibanding layanan voice dan SMS.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif