SOLOPOS.COM - Foto perkiraan bentuk planet HD 219134b(space.com)

Planet baru yang ditemukan Ilmuwan Australia, disebut-sebut mirip bumi.

Solopos.com, WASHINGTON – Para ilmuwan kembali menemukan planet yang jaraknya 14 tahun cahaya dari bumi. Jika dihitung, planet itu berjarak 126 triliun kilometer.

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

Tim di balik penemuan ini, berdasarkan informasi yang dihimpun dari Science Alert, Jumat (18/12/2015), mengatakan bahwa planet tersebut mengorbit bintang Katai Merah tipe-M yang disebut Wolf 1061, bersama dua planet lainnya. Ketiganya diduga berbatu seperti Mars, ketimbang bergas seperti Neptunus.

“Ini adalah penemukan yang sangat menarik karena semua planet yang massanya cukup rendah itu menjadi berpotensi berbatu dan memiliki permukaan padat,” kata pemimpin peneliti Duncan Wright, seorang astronom di University of New South Wales (UNSW).

Planet Wolf 1061c, lanjut Wright, ada di “zona Goldilocks”, di mana terdapat kemungkinan untuk air likuid dan bahkan mungkin kehidupan.

Dari tiga planet tersebut, satu planet yang mengorbit paling dekat ke Wolf 1061, akan terlalu panas untuk berlangsungnya kehidupan, sedangkan satu planet lainnya yang terjauh, sangat mungkin terlalu dingin. Namun satu planet lainnya yang ada di tengah-tengah, Wolf 1061c, terlihat berpotensi untuk adanya kehidupan.

Namun perlu dicatat, bukan berarti Wolf 1061c adalah planet yang mirip seperti Bumi. Planet ini bermassa sekitar 4,3 kali dari planet kita, dan mengorbit bintangnya setiap 18 hari pada jarak sekitar 10 persen orbit Bumi dari Matahari.

Di tata surya kita, itu akan membuat Wolf 1061c terlalu panas untuk kehidupan, namun bintang Wolf 1061 jauh lebih dingin daripada Matahari, dengan suhu permukaan sekitar 3.300 derajat Kelvin. Adapun permukaan Matahari, secara teratur mencapai 5.800 derajat Kelvin.

“Penemuan ini sangat menarik karena bintang ini sangat tenang. Lalu kebanyakan kerdil merah (di planet tersebut) sangat aktif, yang memberikan semburan sinar X dan lidah api, yang akan dapat menimbulkan malapetaka bagi kehidupan apa pun, mengingat zona layak huni begitu dekat ke bintang-bintang ini,” terang Wright Stuart Gary kepada ABC News, yang dikutip dari Science Alert.

Wright dan timnya menggunakan pemodelan atmosfer untuk mengetahui bahwa panas dari sisi panasnya kemungkinan beredar ke sisi dingin karena angin yang sangat tinggi, yang bergerak dan berpindah di antara mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya