SOLOPOS.COM - Foto udara susunan panel surya pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023). PT PLN Nusantara Power akan menguji coba PLTS Terapung Cirata yang merupakan PLTS apung terbesar di Asia Tenggara pada Oktober 2023 sebelum diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada November 2023. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/tom.

Solopos.com, SOLO – Indonesia sebagai negara kepulauan dan beriklim tropis memiliki potensi besar dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung atau floating photovoltaic. Mengingat kebutuhan energi dari tahun ke tahun terakhir terus meningkat.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan lautan luas tentunya permukaan airnya bisa dijadikan untuk penempatan panel surya. Mari dilihat potensi energinya.

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

Dikutip darii laman Indonesia.go.id,  di Pulau Sumatra, potensi energisurya bisa mencapai 48.000 terawatt hours (TWh) per tahun dengan potensi PLTS terapung sebanyak 94,7 persen, Pulau Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil punya potensi 11.500 TWh dengan potensi PLTS terapung 53,8 persen, dan Kalimantan memiliki potensi energi surya 29.400 TWh dengan potensi PLTS terapung sebesar 97,3 persen.

Kemudian, Sulawesi ada 50.200 TWh dengan potensi PLTS terapung mencapai 96,9 persen serta Maluku dan Papua yang memiliki potensi energi surya sebanyak 51.200 TWh dengan potensi PLTS terapung mencapai 99,7 persen.

“Potensi sel surya di Indonesia sangat besar tidak hanya bisa digunakan di daratan, tetapi juga floating photovoltaic yang lokasinya sangat strategis. Sekarang yang baru digunakan baru ada satu lokasi, yaitu Waduk Cirata di Jawa Barat,” ujar periset Metalurgi BRIN Aga Ridhova di Jakarta, Jumat (27/10/2023).

Permintaan energi di Indonesia saat ini sekitar 300 TWh. Sedangkan, permintaan energi ke depan diperkirakan bisamencapai angka 9.000 TWh pada tahun 2050. Tantangan di masa depan semakin berat bila Indonesia hanya mengandalkan pembangkit listrik tenaga batu bara.

Sementara itu, sumber dayanya terbatas dan tidak bisa dibuat kembali. Oleh karena itu, PLTS menjadi alternatif sumber energi yang ramahlingkungan.

Indonesia membutuhkan energi baru terbarukan yang bisa terus ada dan dimanfaatkan secara berkepanjangan, salah satunya air, gelombang laut, angin, biomassa, ataupun panas bumi yang bisamencapai 1.240 TWh.

Sementara itu, potensi floating photovoltaic bisa mencapai ratusan ribu terawatt hours kalau dimanfaatkan secara baik.

Salah satu PLTS terapung terbesar yang sedang dibangun PLN terletak di Cirata, Purwakarta, Jawa Barat.

Terbentang di area seluas 200 hektare yang terbangun dalam 13 blok dengan lebih dari 340.000 solar panel. PLTS ini mampu memproduksi 245 juta kWh energi bersih per tahun atau setara dengan menerangi lebih dari 50 ribu rumah. Pemanfaatan PLTS ini juga akan menekan emisi karbon lebih dari 200.000 ton per tahun.

Dari pengembangan PLTS terapung Cirata ini, PLN akan terus mengembangkan pembangkit listrik yang berbasis energi bersih. Dengan potensi energi bersih mencapai 360 GigaWatt (GW), PLN membuka ruang kerja investasi untuk pengembanganenergi bersih di tanah air dalam mewujudkan target net zero emissions (NZE) tahun 2060.

PT PLN juga telah mengoperasikan pembangkit listrik tenagasurya terapung terbesar di Indonesia dengan kapasitas 561 kilowatt peak di kawasan Tambak Lorok, Kota Semarang yang akan meningkatkan bauran energi baru terbarukan.

PLTS terapung tersebut dioperasikan melalui anak usaha PLN, PLN Indonesia Power (PLN IP). PLTS tersebut merupakan bagian dari pembangunan PLTS dengan total keseluruhansebesar 920 kWp di beberapa gedung kompleks PembangkitListrik Gas dan Uap (PLTGU) PLN IP Semarang Power Generation Unit (PGU).

Pemanfaatan energi surya merupakan bagian dari Pemerintah Indonesia yang telah menetapkan target bauran energi baruterbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025. Indonesia menargetkan memiliki kapasitas EBT sebanyak 10,6 GWpembangkit EBT baru pada 2025.

Dari total kapasitas itu, sebanyak 1,4 GW di antaranyamerupakan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), dan3,1 GW berupa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Sementara itu porsi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro(PLTM) sebesar 1,1 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Surya 3,9 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) 0,5 GW danPembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBio) 0,6 GW. Dari data ini terlihat memang perlu investasi lebih banyak lagi bagi pengembangan PLTS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya