Teknologi
Minggu, 27 Desember 2015 - 23:35 WIB

SISTEM KEAMANAN : GOTPass Lebih Aman dari Serangan Peretas

Redaksi Solopos.com  /  Jumali  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para peneliti menawarkan pola dan gambar sebagai sandi alternatif dari angka, huruf dan kata. (Pixabay/Geralt)

Sistem keamanan terus berkembang. Salah satunya adalah GOTPass yang diklaim lebih aman dari serangan Peretas.

 

Advertisement

 

Harianjogja.com, JAKARTA — Para peneliti di Plymouth University, Inggris, merancang metode masukan kata sandi atau password baru yang mereka yakini bisa meningkatkan keamanan.

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA — Para peneliti di Plymouth University, Inggris, merancang metode masukan kata sandi atau password baru yang mereka yakini bisa meningkatkan keamanan.

Metode yang disebut GOTPass itu menggabungkan pola, gambar dan kode akses satu kali pakai untuk menciptakan satu sistem yang diharapkan lebih aman dan lebih mudah diingat ketimbang kata sandi tradisional.

Metode yang mereka yakini mampu meningkatkan keamanan tersebut dirancang untuk membuat sistem yang lebih aman dan mudah diingat dibandingkan dengan kata sandi tradisional.

Advertisement

Setelah memilih pola, akan muncul beberapa kotak dari 30 gambar emoji acak dan pengguna diminta memilih satu. Setelah memilih dari empat kotak, pengguna akan memiliki kata sandi mereka.

Proses untuk masuk log (log in) cukup sederhana, cukup dengan memasukkan nama pengguna (username) lalu menggambar pola kunci.

Langkah selanjutnya akan menampilkan 16 gambar, dua di antaranya merupakan pilihan saat pengaturan dan 14 lainnya berupa gambar tipuan. Pengguna cukup memilih gambar yang benar untuk mendapatkan kode masuk sekali pakai ke boks yang relevan.

Advertisement

Proses itu tampak rumit, namun kenyataannya tidak akan butuh waktu lebih lama dari mengetik kata sandi sederhana.

Tim peneliti menyatakan sistem itu terbukti lebih gampang diingat dan dapat melawan peretas dengan baik.

Menggunakan target campuran dan metodologi acak, mereka mencoba meretas akun 690 kali. Hasilnya hanya 23 di antaranya atau 3,33 persen yang berhasil.

Advertisement

Ini merupakan langkah awal yang baik, dan para peneliti berencana melakukan tes lebih lanjut untuk menguji efektifitasnya dan tingkat kegunaannya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif