SOLOPOS.COM - Situs pelacak Sinterklas bikinan Google-Microsoft. (Istimewa)

Software bajakan di Indonesia masih marak. Microsoft memiliki jurus untuk menghadapi software bajakan tersebut.

Solopos.com, SOLO — Raksasa teknologi Amerika Serikat, Microsoft, sudah memiliki beberapa cara untuk menghadapi penggunaan software bajakan yang masih marak di Indonesia.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Kendati sudah dianggap tak lagi relevan, Director of Corporate Affairs Microsoft Indonesia, Ruben I. Hattari, menuturkan pihaknya masih terus melakukan edukasi mengenai bahaya penggunaan software bajakan.

“Pembahasan mengenai software bajakan semakin ke sini menurut Microsoft semakin obsolete atau usang diskusinya,” ujar Ruben seperti dikutip dari Liputan6.com, Sabtu (9/4/2016).

Menurutnya, hal itu disebabkan oleh tren teknologi yang sudah berubah. Tren teknologi saat ini khususnya software, menurut Ruben sudah bergeser ke komputasi awan.

Hal itu berpengaruh pada tren penjualan software yang saat ini mulai sering dilakukan secara online. Jadi, transaksi pembelian dilakukan lewat kanal online, kemudian pengguna tinggal mengunduhnya.

“Memang penjualan software bajakan secara fisik masih bisa didapatkan secara umum, tapi dari sisi pemerintah sendiri saat ini cukup tegas dengan adanya undang-undang hak cipta baru yang benar-benar melarang pedagang dan konsumen melakukan transaksi software bajakan,” tutur Ruben.

Namun di satu sisi, Microsoft tetap melakukan edukasi mengenai bahaya penggunaan software bajakan. Hanya saja, untuk sekarang, Microsoft melakukan penyesuaian pendekatan pada para pengguna mengenai akibat dari pemakaian software bajakan.

Sebelumnya, Microsoft melakukan diskusi dengan pendekatan software bajakan itu merusak kreativitas anak bangsa. Hal itu disebabkan oleh tidak ada intensif yang didapat  pengembang ketika menciptakan software, tapi dapat dibajak.

“Hal menarik yang terjadi beberapa tahun terakhir ini adalah korelasi antara software bajakan dan kejahatan dunia maya,” ujar pria yang pernah mengenyam pendidikan di Central Queensland University itu.

Hubungan itu diketahui setelah Microsoft bekerja sama dengan National University of Singapore serta beberapa rekan di Singapura dalam melakukan studi di beberapa negara di Asia Tenggara.

Dalam studi tersebut, Microsoft dan rekanan membeli beberapa perangkat dan software bajakan untuk kemudian dilakukan uji coba forensik. “Hasilnya, lebih dari 90% software bajakan yang kami beli itu ternyata diselipkan malware dan botnet,” ungkap Ruben.

Malware dan botnet itu ditengarai bertujuan untuk mencuri data-data pribadi dari perangkat yang menggunakan software bajakan tersebut. Kondisi itu yang menurut Ruben juga berpengaruh pada maraknya kasus pencurian data dalam beberapa tahun terakhir.

Menurutnya, selain kelalaian pengguna, pemakaian software bajakan juga disebut memiliki peran pada pencurian data pribadi. Untuk itu, Ruben menuturkan Microsoft memiliki beberapa cara untuk mengedukasi mengenai penggunaan software bajakan.

Salah satunya untuk wilayah Jakarta, Microsoft sudah bermitra dan mempunyai nota kesepahaman dengan Polda Metro Jaya untuk sosialisai mengenai penggunaan software bajakan dan bahaya yang mungkin terjadi akibat kejahatan siber.

Selain bekerja sama dengan badan pemerintah terkait program edukasi, Microsoft juga akan menggandeng beberapa vendor software untuk melakukan penyuluhan tentang software bajakan.

Tak hanya itu, Dinis melanjutkan, Microsoft juga akan melakukan konsolidasi antarbusiness customer one on one basis yang akan menekankan ke konsekuensi penggunaan software ilegal di korporat yang memiliki risiko berbahaya untuk aset perusahaan.

Terakhir solusi paling mudah adalah mengajak semua pengguna Windows untuk meng-upgrade ke Windows 10. “Windows 10 mengutamakan proteksi dan keamanan para penggunanya, kami yakin konsistensi tersebut akan terus tertata sampai penggunaan software bajakan mampu diberantas,” pungkas Dinis.

Sebagaimana dikutip dari Techtimes, Sabtu, OS terbaru Windows 10 juga memiliki kelebihan menghabisi software ilegal yang sudah pernah digunakan sebelumnya.

Bisa jadi kemampuan terbaru sistem operasi itu tidak akan disukai banyak orang. Namun, sepertinya kelebihan OS buatan perusahaan Amerika Serikat itu belum diketahui banyak pengguna.

Kali pertama kemampuan membunuh software ilegal dari Windows 10 diketahui oleh Alphr saat akan meng-update sistem operasi yang lama ke OS terbaru Windows 10. Ketentuan itu terdapat dalam peraturan service agreement update to the services or software, di nomor 7 b.

Microsoft dalam OS terbaru Windows 10 juga akan memeriksa dan menghilangkan software, game dan beberapa aplikasi lain yang tidak resmi. Peraturan juga akan diterapkan di Windows 10 Mobile yang akan dirilis beberapa bulan mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya