SOLOPOS.COM - Peluncuran Satelit Republik Indonesia (Satria-1) dari Cape Canaveral Space Lauch Complex 40 (SLC 40), Florida, Amerika Serikat, Minggu (18/6/2023) waktu setempat. (Bisnis.com)

Solopos.com, JAKARTA – Layanan internet Starlink milik pengusaha Amerika Serikat Elon Musk sudah resmi masuk Indonesia. Layanan ini menawarkan kecepatan akses dan fleksibilitas tempat, seperti di pelosok negeri.

Di sisi lain, Indonesia juga baru saja meluncurkan Satelit Satria-1 yang disediakan untuk melayani internet di pelosok Nusantara. Lalu bagaimana nasib Satria-1 ini?

Promosi Moncernya Industri Gaming, Indonesia Juara Asia dan Libas Kejuaraan Dunia

CEO SpaceX Elon Musk menyampaikan layanan internet Starlink akan menyasar wilayah puskesmas dan pendidikan. Pasar yang juga diincar oleh Satelit Satria-1 milik Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti).

Elon Musk mengatakan dengan kehadiran internet di puskesmas dan pendidikan, maka akses informasi makin terbuka. “[Starlink] untuk kesehatan dan saya rasa bisa ditransformasikan untuk pendidikan juga,” kata Elon Musk, Minggu (19/5/2024).

Untuk diketahui, hadirnya Starlink di puskesmas dan pendidikan menimbulkan pertanyaan mengenai peran Satelit Satria-1.  Bakti sempat mengungkapkan dari 50.000 titik yang menjadi target layanan Satria-1, sebagian besar merupakan sektor pendidikan dan kesehatan.

Satelit seharga Rp8 triliun itu akan menyuntikan internet berkecepatan sekitar 3-20 Mbps per titik.  Dari sisi kecepatan, layanan yang diberikan Satria-1 jauh tertinggal dari Starlink yang memiliki kecepatan internet sebesar 250Mbps – 300Mbsp per titik.

Namun, untuk mengakses layanan tersebut lembaga pendidikan dan kesehatan harus mengeluarkan uang sekitar Rp7,8 juta untuk perangkat dan Rp750.000 untuk langganan bulanan.

Harga dapat berubah sewaktu-waktu tergantung dari tipe layanan hingga kebijakan SpaceX.  Sementara itu, Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward menilai kehadiran Starlink tidak akan berdampak terhadap Satelit Satria-1. Satelit tetap menarik bagi sektor pendidikan dan kesehatan mengingat layanan tersebut gratis.

“Belum tentu pelanggan beralih ke Starlink, karena harganya masih tinggi. Kalau Puskesmas dan lain-lain masih ada alternatif layanan Satria yang gratis,” kata Ian kepada Bisnis, Senin (20/5/2024).

Tidak hanya itu, lanjut Ian, meski saat ini sedang memotong harga layanan perangkat keras Starlink, masyarakat ritel pun tidak lantas beralih ke Starlink. Sebab, harga layanannya masih terbilang mahal. Ian menuturkan bahwa untuk harga termurah yang ditawarkan Starlink masih lebih tinggi dibandingkan dengan penyedia internet lain atau ISP (Internet Service Provider).

Di mana, pengguna seluler atau mobile masih lebih murah membeli layanan mobile dibandingkan Starlink. Menurutnya, harga dan layanan Starlink masih bisa menjadi pertimbangan untuk area perkantoran. “Kalau kantor, layanan dan harga [Starlink] masih bisa masuk. Hanya belum teruji pada beban penuh dan jam sibuk,” ujarnya.

Perlu diketahui, setelah mengumumkan operasionalnya di Indonesia, Starlink menawarkan harga spesial untuk pelanggan awal berupa penurunan harga perangkat keras Starlink yang dibanderol Rp4,68 juta dari sebelumnya Rp7,8 juta.

Penawaran ini berakhir hingga 10 Juni mendatang. “Menjelajah bersama Starlink, penawaran untuk pelanggan awal ini berakhir 10 Juni Rp4,68 juta untuk perangkat keras,” demikian informasi yang dikutip dari laman resmi Starlink, Senin (20/5/2024).

Starlink menawarkan tiga jenis paket internet, mulai dari residensial (rumah), jelajah (bepergian), dan kapan (perairan). Untuk paket residensial, harga layanan standar Starlink dibanderol Rp750.000 per bulan dengan kuota tanpa batas. Ada juga paket jelajah internet berkecepatan tinggi yang dipatok Rp990.000 per bulan (mobile regional) dan Rp4,34 juta per bulan (prioritas mobile 50 GB).

Selanjutnya, Starlink juga tersedia untuk internet berkecepatan tinggi di perairan mulai dari Rp4,34 juta per bulan dengan biaya perangkat keras senilai Rp43,73 juta. Dengan paket layanan ini, Starlink diklaim memiliki kecepatan unduhan 40–220+ Mbps, unggahan 8-25+ Mbps, dan latensi kurang dari 99 Mdtk.

 

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Starlink Sasar Puskesmas, Satelit Satria-1 Seharga Rp8 Triliun Buat Apa?”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya