SOLOPOS.COM - Satelit Lapan A2 (Okezone)

Teknologi Indonesia seperti pesawat terbang N219 dan satelit Lapan A2 merupakan prestasi Iptek  Indonesia sepanjang 2015.

Solopos.com, JAKARTA — Pencapaian teknologi Indonesia tahun 2015, mencatatkan prestasi terbesar. Ya, Indonesia bisa meluncurkan satelit Lapan A2 dan mengembangkan pesawat N219 karya PTDI.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Menurut Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Natsir, prestasi dan pencapaian teknologi Indonesia itu patut disyukuri.

“Kita wajib besyukur akan pencapaian ini, hal ini juga mendakan kebangkitan sains nasional,” kata Muhammad Natsir, dilansir Okezone, Selasa (29/1/2015), di Jakarta.

Pesawat N219 merupakan hasil produksi dalam negeri. Penerbangan perdana dilakukan di hanggar PT Dirgantara Indonesia, dua pekan lalu. Pesawat itu dikhususkan untuk penerbangan perintis sehingga penduduk daerah terpencil bisa mendapatkan kemudahan transportasi.

Pesawat terbang N219 merupakan buah dari pengembangan delapan tahun PTDI. Pesawat bermesin 2 turboprop itu dapat mengangkut 19 penumpang dengan daya jelajah 1.580 NM.

Sementara itu, Satelit A2, diluncurkan di Pusat Antariksa Satish Dhawan, Sriharikota. Satelit tersebut merupakan buah tangan hasil kerja keras ilmuwan Indonesia melalui penelitian yang panjang.

Satelit ini ditujukan untuk memperlancar komunikasi masyrakat pelosok dengan bantuan radio amatir, dan identifikasi pulau terluar Indonesia. Secara umum, Satelit A2 diharapkan dapat menjaga kedaulatan NKRI.

Selain itu sebagaimana diberitakan Kantor Berita Antara, Selasa (29/12/2015), Muhammad Nasir juga menyebut Indonesia memiliki 550 peneliti per 1 juta penduduk.

“Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah profesor sekarang ini sudah 5500 orang. Sementara jumlah peneliti adalah 550 per 1 juta orang penduduk,”kata Natsir

Saat ini jumlah dosen bergelar S2 dan S3 di Indonesia, menurut dia, mencapai 75% dan angka tersebut masih harus didorong kenaikannya tahun depan. “Sehingga dosen yang berfungsi sebagai peneliti akan seperti apa nantinya kita akan pikirkan,” ujar dia.

Selain itu, Nasir mengatakan melalui Indonesia Mencari Doktor juga menjadi upaya untuk menaikkan angka peneliti, termasuk dengan kerja sama dengan peneliti yang memiliki pengalaman riset internasional.

Sebelumnya telah diberitakan kurangnya jumlah peneliti di Indonesia disampaikan oleh Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Iskandar Zulkarnain, yang mengatakan rata-rata jumlah peneliti di Indonesia baru mencapai 40 per 1 juta penduduk. Jumlah itu tertinggal jauh dengan negara berkembang lain di Asia.

Contohnya saja India yang sudah memiliki perbandingan 140 per 1 juta penduduk. Dengan total penduduk India yang telah mencapai 1 miliar lebih, praktis jumlah riil peneliti di negara itu pasti jauh lebih banyak apabila dibandingkan dengan Indonesia.

Sedangkan di negara Asia lainnya, seperti Jepang memiliki 5.000 peneliti per 1 juta penduduk. Korea Selatan, 5.500 per sejuta penduduk. Sedangkan Israel yang merupakan negara dengan jumlah periset terbanyak memiliki 6.500 peneliti per 1 juta penduduk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya