SOLOPOS.COM - Ilustrasi kejahatan siber. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO - Malware dan peretasan data pribadi masih marak hingga kini. Sejumlah analis menyebut tren kejahatan siber hingga tahun depan masih didominasi serangan Ransomware hingga penyalahgunaan AI.

Berikut beberapa kejahatan siber yang menjadi tren pada tahun ini, seperti dilansir dari laman Finances Online, Jumat (24/4/2020).

Promosi Tragedi Simon dan Asa Shin Tae-yong di Piala Asia 2023

Hati-Hati! Ransomware Bisa Serang Kamera DSLR

Serangan Ransomware Naik

Ransomware pertama kali muncul pada tahun 2017 dengan efek kampanye global NotPeya dan WannaCry. Laporan menunjukkan bahwa jumlah serangan ransomware berlipat dua tahun ini.

Menurut Lab McAfee untuk Agustus 2019, ada kenaikan 118% dalam serangan ransomware pada kuartal pertama 2019. Untuk memerangi serangan ransomware, ada beberapa alat dekripsi yang tersedia di pasar, tetapi pengembang ransomware memastikan bahwa mereka terus menjadi selangkah lebih maju dengan merilis versi baru malware.

Ransomware Petya Mengancam, Tak Ada Salahnya Back Up Data di Hari Libur

Cyberactivism

Cybercrime tidak lagi hanya untuk pencuri. Cyberactivists sekarang juga berkontribusi terhadap banyaknya kejahatan dunia maya yang terjadi setiap hari. Gerakan aktivis modern menganggap cyberactivism sebagai tonggak penting.

Dan menurut analis cybersecurity, hacktivism tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti tahun ini dan di tahun-tahun mendatang.

Salah satu tujuan utama cyberactivists adalah mengganggu operasi situs web perusahaan atau organisasi sebagai cara untuk menyampaikan pesan mereka kepada atasan. Motif lain adalah untuk menyebarkan kesadaran tentang praktik buruk perusahaan.

Salah satu contoh dari cyberactivism adalah serangan terkenal pada PayPal dan MasterCard. Pada 2010, sekelompok aktivis maya yang mengklaim sebagai bagian dari Anonymous melakukan serangan DDoS pada Paypal sebagai tanggapan atas penghentian layanan pembayaran Paypal ke WikiLeaks. Cyberactivism diperkirakan akan tumbuh di tahun-tahun mendatang dan mempengaruhi penjualan dan pendapatan bisnis.

FBI: Hacker Berusaha Curi Informasi Rahasia Covid-19

Cybercrime AI

Dengan munculnya perangkat IoT, AI diperkirakan melakukan lebih banyak kejahatan dunia maya. AI dan IoT secara bertahap membuat segalanya menjadi lebih mudah bagi para penjahat dunia maya.

Perangkat apa pun yang dapat dihubungkan ke Internet memiliki risiko diretas. Dan dengan pertumbuhan pesat kemajuan teknologi dalam aspek AI, perangkat IoT menghadapi masalah keamanan yang tampaknya belum memiliki solusi.

Viral Hacker Jogja Ditangkap, Ini 10 Peretas Indonesia Kelas Dunia

Pelanggaran Data

Salah satu pelanggaran data terbesar dalam sejarah adalah ketika data pelanggan Marriott International dicuri oleh pencuri dunia maya. Baru November 2018 lalu, sebuah pengumuman oleh Marriott International mengkonfirmasi bahwa pencuri cyber berhasil mencuri data sekitar 500 juta pelanggan. Pelanggaran data ini terjadi hingga 2014, yang berasal dari sistem yang mendukung merek hotel Starwood.

Pelanggaran data terjadi setiap hari, dan ini adalah salah satu ancaman dunia maya terbesar di web saat ini. Setiap tahun, jumlah pelanggaran data terus meningkat. Sekitar 56 persen dari pelanggaran data pada paruh pertama 2018 adalah pelanggaran data media sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya