SOLOPOS.COM - penampakan lubang ozon. (Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA – Peneliti terus mencari tahu penyebab lubang ozon di Kutub Selatan yang terus membesar dengan luas hingga 13 kali lipat wilayah Indonesia, yang menandakan krisis iklim makin nyata.

Satelit Copernicus Sentinel-5P milik Badan Antariksa Eropa (ESA) menemukan luas lubang ozon di Kutub Selatan mencapai 26 juta kilometer persegi per September 2023. Luas lubang ozon tersebut jadi lebih besar 13 kali lipat dari Indonesia. “Layanan pemantauan dan prakiraan ozon operasional kami menunjukkan bahwa lubang ozon pada 2023 dimulai lebih awal dan telah berkembang pesat sejak pertengahan Agustus,” ujar ilmuwan senior Layanan Pemantauan Atmosfer Copernicus, Antje Inness, dikutip Bisnis dari Space, Minggu (8/10/2023).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Adapun lubang ozon yang terbesar sepanjang sejarah adalah pada 2000 saat luas lubang hampir mencapai 28,4 juta kilometer persegi.

Diketahui, keberagaman ukuran lubang ozon sangat ditentukan oleh kekuatan angin yang berhembus di sekitar wilayah Antartika. Adapun angin ini juga dipengaruhi dari rotasi bumi dan perbedaan suhu yang kuat antara garis lintang kutub dengan garis lintang sedang.

Namun, kekuatan angin tersebut dinilai tidak cukup untuk membuat lubang ozon yang sebesar ini. Oleh karena itu, masih banyak konspirasi dari antara ilmuwan terkait penyebab dari lubang ozon yang sebesar 13x lipat dari Indonesia tersebut.

Adapun salah satu konspirasi penyebabnya adalah letusan gunung berapi Hunga Tonga pada Januari 2022 yang mengeluarkan uap air dalam jumlah besar ke udara.  Menurut ilmuwan Antjie, uap air dapat menyebabkan peningkatan pembentukan awan stratosfer kutub, tempat klorofluorokarbon (CFC) dapat bereaksi dan mempercepat penipisan ozon. “Kehadiran uap air juga dapat berkontribusi pada pendinginan stratosfer Antartika, yang selanjutnya meningkatkan pembentukan awan stratosfer kutub dan menghasilkan pusaran kutub yang lebih kuat,” ujar Antjie.

Namun di sisi lain perlu diketahui pula penggunaan klorofluorokarbon yang ada di lemari es dan kaleng aerosol juga berpengaruh pada rusaknya ozon di atmosfer.  Oleh karena itu, sebenarnya pemerintah beberapa negara sempat membuat Protokol Montreal pada 1987 untuk menghentikan produksi dan konsumsi zat-zat berbahaya ini secara bertahap agar lapisan ozon dapat pulih.

“Berdasarkan Protokol Montreal dan penurunan zat perusak ozon antropogenik, para ilmuwan saat ini memperkirakan bahwa lapisan ozon global akan kembali normal pada sekitar tahun 2050,” ujar Manajer misi ESA untuk Copernicus Sentinel-5P, Claus Zehner.

 

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Lubang Ozon Membesar hingga Lebih 13x Lipat Wilayah Indonesia, Ini Penyebabnya”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya